KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Kasih KaruniaNya
yang menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang sederhana ini,
baik dari isi maupun bentuknya. Adapaun judul skripsi ini adalah Pengaruh
pembelajaran contextual teaching learning Guru pendidikan agama kristen
terhadap peningkatan minat belajar siswa, (kasus Kelas VIII NEGERI 6
Pematangsiantar). Penulisan skripsi ini adalah persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
HKBP Nommensen Pematangsiantar Program Studi Ilmu Pendidikan / Pendidikan Agama
Kristen pada jenjang Starata Satu ( S1 ). Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan bukanlah mustahil didalamnya terdapat banyak
kekurangan-kekurangan dan kelemahan, baik dari segi teknis maupun penyusunannya,
terutama dari segi ilmiahnya. Tapi berkat bimbingannya dan arahan Bapak Dosen
Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu serta dorongan dari pihak-pihak lain,
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih atas segala
bantuan dan perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak antara lain :
11. Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH, MH
selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan telah memberikan izin dan
kemudahan selama penulis mengikuti perkulihan dalam program studi Ilmu
Pendidikan/Pendidikan Agama Kristen.
22. Dr. Hilman Pardede, M.Pd, selaku Dekan
FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan yang telah memberikan izin dan kemudahan
selama penulis mengikuti perkulihan dalam program studi Ilmu
Pendidikan/Pendidikan Agama Kristen
33. Ibu Pdt. Dr. Nurliani Siregar, M.Pd selaku
Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan waktu dan kesempatan membimbing,
mengoreksi, mengarahkan dan memberi perhatian kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan Bapak Drs. Janwar Tambunan, M.Pd selaku
Pembimbing kedua yang selalu memberikan banyak perhatian, motivasi, pertunjuk-petunjuk,
bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
44. Seluruh Dosen Jurusan IP/PAK antara lain
: Ibu Pdt.Dr. Nurliani Siregar, M.Pd selaku ketua Jurusan IP/PAK, Bapak Gr.
Bangun Munte, S.Pd,MM, Bapak Pdt. Sunggul Pasaribu, S.Th,M.PAK, Bapak Drs.
Janwar Tambunan M.Pd, Bapak Pdt. Darman Samosir, M.Th, Bapak Pdt. Peniel
Sirait, M.Psi. Ibu Pdt. Jojor Silalahi, M.Th, Ibu Pdt. Paulina Herlina
N. Sirait, M.Si Teol.
55. Seluruh staf dan pegawai di FKIP
Universitas HKBP Nommensen Medan.
66. Pimpinan SMP Negeri 6 Pematangsiantar
dan guru PAK serta siswa/I yang telah membantu penulis dalam pengisian angket.
77. Teristimewa kepada Ayah tercinta Sy. Hotman
Sinaga Dan Mama Tercinta Sy. Malinta Saragih Simarmata yang telah bersusah
payah mengasuh, mendidik terutama memberikan dukungan moral maupun material
yang tidak terhitung nilainya kepada penulis dalam mencapai gelar Sarjana, dan
kepada Adik saya Dony Albert Sinaga, Jantri Hotdi Sinaga, Immanuel Dansany
Sinaga, yang selalu memberi perhatian dan semangat kepada penulis selama
mengikuti Pendidikan di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan.
88. Kepada Teman Atau Sahabat Satu
Organisasi Himpunan Mahasiswa Dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) yang telah
memberikan doa, semangat, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
99. Kepada Seluruh keluarga Besar Sinaga
Dari Pihak Bapak, Polu, Kela, dan
Keluarga Besar Saragih Simarmata Dari Pihak Mama, kepada Tulang Atturang,
Oppung, Inang Tongah, Akki, Inang Godang Dan Kepada Saudara Sepupu Saya, yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
110. Teman-teman seperjuangan saya
Mahasiswa/I khususnya Jurusan PAK Stambuk 2015, yang selalu memberikan
perhatian, semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu dalam kerelaan memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Doa dan harapan
penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi peningkatan
pendidikan umumnya, dan Pendidikan Agama Kristen secara khusus.
Pematangsiantar, September
2019
Hormat
saya
Purnama R Sinaga
NPM
: 15160038
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk
mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan
memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan, tingkat partisiasi
yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi, memahami, mencerna
materi yang disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana
pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil
pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, Kemampuan dan keterbatasan yang
dimiliki siswa akan menentukan sejauh mana lingkungan mempengaruhinya dalam
belajar untuk meningkatkan minat belajar. Selain masalah dalam lingkungan,
sekolah, intelegensi, orang tua, bimbingan belajar guru PAK, motivasi, serta
disiplin akan mempengaruhi minat dalam belajar juga.
Pada umumnya anak yang berasal dari lingkungan yang sama dan
sekolah mendapat pendidikan dan pengajaran yang sama, ternyata masih juga
memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang menyolok dalam kurangnya sikap belajar
siswa tersebut. Untuk itu dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan
seorang guru PAK dalam memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami
permasalahan dalam belajarnya,Hal ini sejalan dengan tujuan undang-undang sistem
pendidikan Nasional No 20 pasal 3 tahun 2003 dituliskan bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta
bertanggung jawab.
Di SMP NEGERI 6
Pematangsiantar khususnya kelas VIII pemilihan judul ini diharapkan mampu
memberikan sedikit gambaran mengenai Pembelajaran CTL (Contekstual Teaching Learning) guru PAK dalam meningkatkan Minat
belajar siswa, Pendekatan kontekstual ini
menekankan salah satunya kepada bagaimana belajar di
sekolah yang dapat diterapkan ke dalam situasi dunia nyata, sehingga siswa
dapat menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya dalam kehidupan mereka. Pada pembelajaran kontekstual tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak akan
bertahan lama, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman
dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih
secara fisik, mendemonstrasikan
sendiri, dan lain sebagainya.pembelajaran di sekolah tidak hanya di fokuskan
pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja,
akan tetapi bagaimana agar pengalaman
belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-
permasalahan aktual yang terjadi di
lingkunganya.
Dengan demikian, inti dari
pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap mamteri atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and
Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa( Nurhadi,2002).
Sementara itu, Howey R, Keneth, (2001)
mendefinisikan CTL sebagai berikut:
(CTL adalah pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses belajar
dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai
konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama.sisem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam
materi akademik yang mereka pelajari
dengan jalan memnghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan
sehari-hari,yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. pebelajaran
CTL sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas
kegiatan belajar siswa untuk
mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman
belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata)
melalui keterlibatan aktifitas siswa
dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran
tidak sekedar di lihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah
proses.
Pembelajaran CTL ( contekstual teaching
and learning ) merupakan konsep
belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilik semuainya dengan penerapanya dalm kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( Nurhadi, 2002).
Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan
pembelajaran yang lebih banyak
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan mencoba, dan
mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pedengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang di sampaikan guru.oleh sebab itu,
melalui model pembelajaran CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari
guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang seperti terlepas
dari kehidupan nyata,akan tetapi lebih di tekankan pada upaya
memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bias hidup (life skill) dari apa yang
dipelajarinya.
Menurut Nurliani
siregar (2015:24) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidikan dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar
pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan
pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta ddik dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik
Bimbingan
belajar dapat bertujuan agar siswa dapat bertumbuh dan berkembang untuk
mencapai perkembangan pendidikan sesuai dengan potensi, sikap, dan
bakatnya.Bentuk layanan bimbingan belajar seperti memperhatikaan, mendampingi
dan mendorong belajar siswa sangat dibutuhkan agar siswa/siswi yang memiliki
masalah baik masalah pribadi maupun masalah dalam belajardapat terbantu
sehingga mereka dapat belajar dengan lebih baik serta mendapat minat dalam
belajar yang baik pula. Dengan bimbingan yang ada disekolah, maka sekolah
melakukan berbagai cara yang dapat membantu siswa yaitu bimbingan secara
berkelompok dan secara individual dimana secara berkelompok seorang pembimbing
dapat membantu siswa sekelompok anak dengan masalah yang sama untuk
menyelesaikan masalah yang dialaminya dalam belajar sedangkan secara individual
pembimbing dapat menanyakan atau melakukan bimbingan antara empat mata supaya
siswa dapat menjelaskan masalah yang ada pada dirinya tanpa diketahui orang
lain.
Salah satu upaya yang dilaksanakan
untuk menumbuhkan sikap belajar dalam diri siswa adalah melalui bimbingan
belajar yang dilakukan oleh pembimbing, dimana bimbingan sangat penting bagi
kehidupan seorang anak dalam pembentukan kepribadiannya dan merupakan suatu
kegiatan yang memberikan bantuan atau tuntutan kepada siswa dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan.Dalam usaha meningkatkan minat
belajar siswa, maka guru PAK sebagai guru bimbingan harus penuh dengan tanggung
jawab melaksanakan tugas tersebut sebab minat belajar merupakan salah satu
factor yang mempengaruhi kemauan dalam belajar, dan minat juga merupakan gudang
yang kaya bagi aktifitas belajar.Memberi bimbingan kepada siswa tanpa
memperhatikan apakah ada perubahan yang terjadi dalam diri siswa merupakan
kegiatan yang sia-sia, sebab kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
telah banyak menyeret minat siswa kepada hal-hal yang menyimpang.Melihat
berbagai masalah yang muncul maka sangat penting bagi siswa tersebut di didik
dan di bimbing sedini mungkin dengan baik agar kelak menjadi manusia yang
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sebagai generasi penerus bangsa.
Guru Agama Kristen sebagai
seorang pengajar sekaligus sebagai pembimbing sangat diperlukan sesuai dengan
kompetensi guru bahwa guru PAK adalah sebagai seorang pembimbing. Guru Agama
Kristen merupakan seorang sosok yang sangat berpengaruh dalam tugas dan
tanggung jawab itu dengan mengarahkan siswa serta menuntun dan menggembalakan
siswa untuk taat kepada peraturan sekolah terlebih dalam meningkatkan minat
belajar siswa serta menunjukkan dan perbuatan yang benar-benar takut akan
Allah.
Menurut Nurliani Siregar (2015:8) pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual
keagamaan pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, dan keterampilan
yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Oleh sebab itu Pendidikan
Agama dapat dijadikan sebagai pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi
bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal
bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan
demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas serta
memiliki visi, transparasi, dan pandangan jauh kedepan; yang tidak hanya
mementingkan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan
bangsa dan Negara dalam berbagai aspek kehidupan.
Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, Aktivitas
merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan
siswa itu sendiri. Sedangkan hasil belajar yah itu mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik Seorang guru yang profesional tidak hanya digugu dan
ditiru di lingkungan sekolah saja. Namun juga harus menjadi seorang yang
dihargai bahkan menjadi panutan dilingkungan masyarakat, dan disegani dalam
kegiatan yang diadakan dilingkungan tersebut karena tanggung jawab yang
dilakukannya. Guru adalah Pembimbing
untuk mengenal, memahami dalam menghadapi semua yang berkaitan dengan
pendidikan.
Untuk menolong para siswa menerima
Yesus, perlu pembinaan iman yang merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab
guru agama, artinya seorang guru agama menjadi penafsir iman siswa. Karena iman
merupakan salah satu kekuatan yang dapat melepaskan segala perangkap yang
dipasang si iblis yang disebut pembunuh manusia (Yoh.8:44). Salah satu cara
pembinaan iman siswa telah dilakukan di sekolah SMP NEGERI 6 Pematangsiantar
dengan mengadakan acara kebaktian setiap hari Sabtu setelah jam pulang sekolah.
Namun sangat sedikit siswa yang mau menghadiri dan mengikuti serta
berpartisipasi dalam acara tersebut. Cara lain juga dilakukan untuk pembinaan
iman siswa dengan mengadakan retreat setiap semester. Akan tetapi banyak siswa
yang memilih tidak mengikuti acara tersebut dengan berbagai alasan. Dalam
keadaan seperti ini, guru agama dituntut untuk memecahkan masalah dan ada upaya
menemukan solusi agar siswa memiliki minat serta semangat untuk menghadiri dan
mengikuti acara-acara yang berhubungan dengan pembinaan iman seperti, Kebaktian
di sekolah, acara retreat, dan acara-acara perayaan hari besar Kristen.
Dalam menolong para siswa untuk
menerima Yesus tentulah guru agama harus membawa dalam pengenalan akan Yesus
(Fil 2:3-4). Hal ini juga dapat dilakukan dengan membentuk kelompok PA
(Penalaan Alkitab) untuk sama-sama mempelajari dan menjiwai makna nats Alkitab
yang dibaca. A Sitompul (1987:14) mengatakan PA merupakan semua anggota yang
harus merasakan bahwa mereka seluruhnya adalah suatu kelompok persekutuan hidup
yang menelaah firman Tuhan dan yang memperteguh imannya. Kelompok PA tersebut
diajak bernyanyi, berdoa dan membaca firman Tuhan secara bergiliran sekaligus
bergumul dengan firman Tuhan dan guru agama sebagai gembala. Dari pergumulan
tersebut merupakan suatu titik kesimpulan yang menjadi kesaksian bahwa firman
Tuhan adalah sangat berarti dalam kehidupan siswa.
Disamping itu, guru agama harus pula
menjadi seorang pedoman dan pemimpin, yang memberikan contoh perbuatan yang
baik dan benar (Gal 6:9). Peranan ini sangat diharapkan di sekolah SMP NEGERI 6
Pematangsiantar, dimana guru agama menjadi teladan dalam berpenampilan,
perkataan dan perbuatan. Karena masih banyak siswa yang melanggar
peraturan-peraturan sekolah, seperti : seragam tidak lengkap, cara berpakaian
tidak rapi, keributan didalam kelas saat kondisi belajar-mengajar berlangsung,
mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, juga ada yang melawan guru. Kasus ini
sering terjadi pada siswa yang sedang duduk di kelas VIII SMP.
B. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup adalah luasnya subjek yang
tercakup dalam penelitian ini, perlu diadakan ruang lingkup masalah yang akan
dibahas agar tepat kearah penelitian. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Artinya bersifat ilmiah, perlu diadakan ruang lingkup agar jangan terjadi
penyimpangan-penyimpangan terhadap onjek yang diteliti Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang menjadi bahan tulisan
dan titik tolak di dalam penelitian,yakni : ‘’pengaruh pembelajaran CTL guru
PAK terhadap peningkatan minat belajar siswa Kasus: kelas VIII SMP NEGERI 6
Pematangsiantar).
1. Pengaruh pembelajaran Contextual
Teachig Learning Guru PAK (Variabel X)
Menurut Elani B
Jhonson ( riwayat,2008:187) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah
system yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.Lebih lanjut Elaini mengatakan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah
suatu system pembelajaran yang cocok
dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa, Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat
siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugikan dari segi manfaat, sebab siswa berisaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkanya dengan dunia
nyata.
a. Menemukan
(inquiry)
Menemukan, merupakan
kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan
bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil menemukan sendiri.kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya
menemukan, telah lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and
discovery (mencari dan menemukan). tentu saja unsure menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery)
secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau sistem
pembelajaran yang membantu siswa baik
secara indidvidu maupun kelompok belajar
untuk menemukan sendiri sesuai dengan pegalaman
masing-masing.
a. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karateristik utama CTL
adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetehuan yang dimiliki
seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh Karen itu, bertanya merupakan
strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam CTL harus difasilitasi
oleh guru,kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan
pertanyaan yang baik akan mendorong pada
peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
b. Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara brpikir tentang apa yang
baru terjadi atau baru saja dipelajari.dengan kata lain refleksi adalah
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa
mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelumnya.pada saat refleksi, siswa di beri kesempatan
untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi
dengan dirinya sendiri ( learning to be).
1.
Minat
Belajar siswa (Variabel Y)
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri.
Slameto
(2010:180) Menguraikan indikator minat belajar yaitu sebagai berikut:
a.) Perasan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang
terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk
belajar.Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan,
dan hadir saat pelajaran.Seperti firma-Nya,bersukacitalah kamu di dalam tuhan
senantiasa, dan lagi sekali aku mengatakan,bersukacitalah kamu,bapa sorgawi
senang melihat putra-putrinya bersukacita.(Filipi 4:4).
b). Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang
mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau
mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif
bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.Dengan demi kian tiap-tiap
manusia kepunyaan Allah diperlenkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim
3:16-17) Firman Alah menyempurnakan,mendewasakan,dan memperlengkapi kita supaya
biasa menjadi hamba-Nya yang terdidik dan setia.
c).
Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa
terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.Contoh: antusias
dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.Rasul paulus
mengingatkan timoteus:’usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah”(2 Tim 2:15)”berusaha,mempunyai
makna“bertekun,bekerja keras,atau bergegas untuk mencurahkan seluruh
tenaga.”Oleh karena itu supaya kita bias mendidik diri sendiri dengan baik,kita
harus sepenuh hati mempelajari firman Allah dengan penuh ketekunan.
d).
Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal
yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan
konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan
yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan
memperhatikan obyek tersebut.Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
materi.
C. Rumusan Masalah
Masalah adalah ketika ada gap antara
Das Sein dan Das Sollen. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan
(dipecahkan); soal; persoalan (KBBI Depertemen Pendidikan dan kebudayaan Balai
Pustaka 1988 : 562). Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu
berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 198 dalam
Sugiono 2009 : 52 ). Maka rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Berdasarkan
ruang lingkup masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah adalah :
1.
Masalah
Umum
Sejauhmanakah Pengaruh
pembelajaran CTL guru PAK Terhadap peningkatan minat belajar siswa di Kelas VIII
SMP NEGERI 6 Pematangsiantar?
2.
Masalah
Khusus
a. Sejauhmanakah
pengaruh pembelajaran CTL guru PAK (inquiry),
terhadap peningkatan Minat belajar siswa?
b. Sejauhmanakah
pengaruh pembelajaran CTL guru PAK (Questioning) terhadap peningkatan minat
belajar siswa?
c. Sejauhmanakah
pengaruh pembelajaran CTL guru PAK (Refleksi)
tehadap peningkatan minat belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi
Tujuan Penelitian
ini
adalah :
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh
pembelajaran Contextual Teaching Learning guru PAK terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas
VIII SMP NEGERI 6 pematangsiantar.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
pembelajaran CTL guru PAK sebagai bahan menemukan (Inquiry) dan mengembangkan minat belajar siswa.
b.
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
pembelajaran CTL guru PAK sebagai bahan bertanya (Questioning) untuk mengembangkan minat belajar siswa.
c.
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pembelajaran
CTL guru PAK sebagai Refleksi dalam mengembangkan minat belajar siswa.
E. Manfaat
Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka
yang menjadi manfaat penelitiam ini
adalah :
a. Menjadikan
referensi sekaligus perbandingan dalam membahas atau mengadaka penelitian
kembali, mengenai tanggungjawab guru PAK dan minat belajar siswa.
b. Menyumbangkan
pemikiran kepada calon guru Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan minat belajar siswa.
c. Sebagai
bahan masukan bagi para guru PAK yang belum bertanggung jawab terhadap tugas
profesinya.
d. Sebagai
bahan bacaan di perpustakaan FKIP Universitas HKBP Nomensen pematang siantar.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Kerangka
Teoritis
Landasan
teori berisi tentang uraian teori-teori yang relevan dengan masalah yang
diteliti yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis data temuannya. Landasan
teori ini menjadi penting untuk dirumuskan secara rinci dan spesifik. Disamping
merumuskan landasan teori, penyusunan konsep yang berhubungan dengan
masalah-masalah penelitian akan memberi pengertian bahwa apa yang diteliti
menjadi jelas. Dalam suatu penelitian kerangka teoritis
sangatlah penting untuk diuraikan, karena dari kerangka teoritis ini akan
diperoleh penjelasan-penjelasan dari beberapa teori yang dikemukakan dari
beberapa tokoh sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Teori merupakan
sistem gagasan dan abstraksi yang memadatkan dan mengorganisasikan berbagai
pengetahuan manusia tentang apa sesungguhnya dunia sosial.
Teori ini menyediakan konsep-konsep yang relevan,
asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan mengarahkan pertanyaan penelitian
yang diajukan, serta membimbing kita memberikan makna. Secara deduktif (logika berfikir) peranan kerangka teori
adalah sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan sementara (hipotesis) atau
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Landasan teori ini
perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba (Trial and Error). Dalam kerangka teoritis ini akan
dibahas beberapa aspek yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Adanya
landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data
Dalam kerangka teoritis ini akan dibahas beberapa
aspek yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Adapun aspek yang akan dibahas :
1.
Defenisi Variabel X (Pengaruh pembelajaran CTL guru PAK)
a.
Defenisi
Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Masa
kini oleh Budiono, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang. Maka dapat ditegaskan bahwa pengaruh adalah kekuatan daya tarik
untuk mempengaruhi dan mengajak, karena dimana ada kekuatan maka harus ada
hasil dan tanggung jawab dalam pelaksanaanya.
W.J.S.Poerwardaminta
berpendapat bahwa
pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda
dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap
orang lain (Poerwardaminta:731).
Bila
ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah
sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki kibat atau
hasil dan dampak yang ada.
b. Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang komplek. Pembelajaran pada
hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan
aktifitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar
mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien (Mashudi, Toha dkk, 2007
: 3). Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlumenciptakan suasana yang
kondusif dan strategi belajar yang menarik minat siswa. Pembelajaran yang
berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas pengajar, pembelajaran
yang memiliki motivasi tinggi motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar yang
mampu mempasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target
belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan
siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang
fasilitas yang menandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta
didik lebih mudah mencapai target belajar.
Menurut Janwar Tambunan (2017:109) Mengajar merupakan
tugas guru, yang menyebabkan adanya
tuntutan bagi setiap guru untuk
dapat menjawab pertanyaan tentang
bagaimana seharusya mengajar, salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa pembelajaran adalah “cara” yang di gunakan guru dalam membelajarkan muridnya.
Penguasaan guru atas isi / materi pelajaran tidak cukup menjamin keberhasilan proses pembelajaran, tetapi
harus mampu memilih “cara terbik” dalam menyampaikan “pesan” pembelajaran.
c. Defenisi Contextual Teaching Learning
Menurut Elani
B Jhonson (riwayat, 2008:187)
mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.Lebih lanjut Elaini mengatakan
bahwa pembelajaran
kontekstual adalah suatu
sistem pembelajaran yang
cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa, Jadi, pembelajaran
kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugikan dari segi manfaat, sebab siswa berisaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkanya dengan dunia
nyata.Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek
akademik yang mereka pelajari dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai
tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir
kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai
standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Contextual
Teaching Learning adalah system yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian
yang saling terhubung. Jika bagian bagian ini terjalin satu sama lain, maka
akan di hasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang di berikan bagian-bagianya
secara terpisah. seperti halya biola, cello,
klarinet, dan alat music lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang secara bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian – bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses
yang berbeda, yang ketika di gunakan bersama-sama, memampukan parasiswa
membuat hubungan yang menghasilkan
makna. Setiap again CTL yang berbeda – beda ini membeikan sumbangan dalam
menolong siswa memahami tugas sekolah.
Secara bersama- sama, mereka
membentuk suatu sistem yag memmungkinkan
para siswa melihat makna di
dalamnya, dan mengingat materi akademik.
Depdiknas mendefinisikan Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebagai berikut:
Suatu proses pendidikan yang
holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/kontekslainnya.
Kontekstual berasal dari kata “konteks”
yang berarti:Bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau
menambah kejelasan makna, situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian:
orang itu harus dilihat sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan
masyarakatnya. Jadi Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam arti pembelajaran kontekstual yang dimaksud dalam
tesis ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan peserta didik secara utuh agar dapat menemukan materi yang
dipelajari serta menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata untuk
diterapkan dalam kehidupan mereka, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.
d. Defenisi Guru PAK
Guru
berarti orang yang memberikan pengajaran tentang suatu hal kepada seseorang
yang lain. Dimana guru bertindak sebagai orang yang menyampaikan ajaran atau
sesuatu hal kepada muridnya, sebagaimana Yesus Kristus menyampaikan
pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya. Peranan Guru dalam PAK sangat penting
dalam membentuk kepribadian anak utuk mewujudkan anak-anak yang beriman dan
saleh. Dalam Amsal 22 : 6 dikatakan, “Didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
menyimpang dari pada jalan itu”.
Menurut Homrighausen (2012 : 164) Guru Pendidikan
Agama Kristen adalah seorang yang membantu peserta didik berkembang untuk
memasuki persekutuan iman dengan Tuhan Yesus sehingga menjadi pribadi yang
bertanggungjawab baik kepada Allah maupun kepada manusia.
Menurut Kenneth O. Gangel
(2001 : 44) Guru PAK adalah seseorang yang menyampaikan kebenaran dengan terus
terang dan berani dimana dalam setiap aspek kehidupan dan kerjanya, dalam
seluruh keberadaannya, harus melakukan kebenaran, termasuk kejujuraan secara
tetap.
Dalam hal ini dapat
ditegaskan bahwa Guru pendidikan agama Kristen (PAK)
adalah seorang profesional dalam bidang
agama Kristen dengan tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi untuk
diajarkan kepada peserta didik dan sumber pengajarannya adalah Alkitab.
2.
Landasan Variabel X
(Pembelajaran
Contextual Teaching Learning Guru PAK)
Pembelajaran contextual teaching
leaning merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat, (Nurhadi, 2002).untuk
memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja di perlukan
pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan
mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang di sampaikan guru. Oleh sebab itu,
melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan trasformasi pengetahuan dari
guru kepada siswa dengan menghafal
sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,akan
tetapi lebih di tekankan pada upaya
memfasilitasi siswa untuk memcari kemampuan untuk bisa hidup (life skil) dari apa yang di pelajarinya.
Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan
lingkungan masyarakat ( bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi secara
fungsional apalagi di pelajari di sekolah
senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkunganya ( keluarga dan
masyarakat).
Landasan
Filosofis dan Psikologis Contextual
Teaching and Learning (CTL)
1.
Landasan
Filosofis.
Contextual Teaching and Learning (CTL) banyak
dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Kontruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Glasersfeld menegaskan dalam proses konstruksi
diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman; (2) kemempuan membandingkan, mengambil keputusan
(justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan; (3) kemempuan untuk lebih
menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.
Ditjen Dikdasmen (2003: 3-5) menjabarkan
kecenderungan tentang belajar berdasarkan kontruktivisme sebagai berikut:
a)
Proses belajar,
Meliputi: (1) belajar tidak hanya
sekedar menghapal, akan tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri; (2) siswa belajar dari mengalami, dimana siswa mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan diberi begitu saja oleh
guru; (3) pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter); (4)
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; (5)
manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru; (6)
siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide;(7) proses belajar dapat mengubah struktur
otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan
organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang
b)
Transfer belajar,
Meliputi: (1) siswa belajar dari
mengalami sendiri, ukan dari pemberian orang lain; (2) keterampilan dan
pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas; (3) penting bagi siwa
untuk tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
c)
Siswa pembelajar
Meliputi: (1) siswa memiliki
kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal yang baru; (2) strategi
belajar itu penting. Siswa dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting; (3) peran guru
membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan yang sudah diketahui; (4) tugas
guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sindiri.
d)
Pentingnya lingkungan
belajar
Meliputi: (1) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa; (2) pembelajaran
harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siwa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Strategi belajar lebih penting daripada hasilnya; (3) umpan balik amat penting
bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar; (4) menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting
2.
Landasan
Psikologis.
Sesuai
dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran
aktif subyek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran
psikologi kognitif. Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses
dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pehaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi mereka. Perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Perkembangan kognitif ini sebagian besar bergantung kepada seberapa
jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan
informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu
yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir
formal. Jadi
belajar dalam konteks CTL adalah bukan hanya sekedar menghapal, atau
mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, akan tetapi merupakan proses pemecahan
masalah dan proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang
sederhana menuju yang kompleks serta menangkap pengetahuan dan kenyataan,
sehingga bermakna untuk kehidupan peserta didik.
Teori-Teori Belajar yang Mendasari Contextual Teaching and
Learning
(CTL).
Teori Belajar Konstruktivistik Teori konstruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam teori belajar konstuktivis
ini siswa harus benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan memanfaatkan ide-ide.Teori ini berkembang dari Piaget, Vygotsky,
teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologikognitif yang lain seperti
teori Bruner.Menurut teori ini, prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pembelajaran di sekolah
tidak hanya di fokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang
bersifat teoritis saja, akan tetapi bgaimana agar pengalaman belajar yang di
miliki siswa senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan actual yang terjadi di lingkuganya. Dengan demikian,
inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topic pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya bias di
lakukan berbagai cara, selain karena memang materi yand di pelajari secara langsung terkait dengan kondisi factual, juga bias di siasati dengan pemberian iustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan liain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran
selain akan lebih menarik, juga akan di rasakan sangat di butuhkan oleh setiap
siswa karena apa yang di pelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Ketika
memberikan pengalaman belajar yang di orientasikan pada pengalaman dan
kemampuan aplikatif yang bersifat praktis, tidak di artikan pemberian pengalaman teoritis konseptual tidak penting sebab dikuasainya
pengetahuan teoritis secara baik
oleh para siswa akan memfasilitasi kemampuan aplikatif lebih baik pula. Demikian juga halnya bagi
guru, kemampuan melaksanakan proses
pembelajaran melalui CTL yang baik di
dasarkan pada penguasaan konsep apa, mengapa dan bagaimana
CTL itu. Melalui pemahaman konsep
yang benar dan mendalam terhadap CTL itu
sendiri, akan membekali kemampuan
para guru menerapkanya secara lebih luas, tegas, dan penuh
keyakinan, karena memang telah di
dasari oleh kemampuan konsep teori
yang kuat.
CTL memungkinkan
siswa menghubungkan isi mata pelajaran
akademik dengan konteks kehidupan
sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan
baru untuk menemukan makna yang baru) (Johnson,2002).
Ada tiga hal yang harus
dipahami berkaitan dengan kontekstual, yaitu:
1) Kontekstual menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi,artinya proses belajar diorientasikan
pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajardalam konteks kontekstual
tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akantetapi proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2) Kontekstual
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yangdipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkaphubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangatpenting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata,bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakana secara
fungsional, akan tetapi materi yangdipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3) Kontekstual
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinyakontekstual
bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajanya, akantetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks kontekstual bukan untuk ditumpuk
diotak dan kemudiandilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah
suatu bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran
dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan menekankan kepada proses
keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari serta mendorong mereka untuk dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari asumsi dasar tersebut ada tiga hal yang harus dipahami menurut Wina
Sanjaya,yaitu:
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada keterlibatan
peserta didik untuk menemukan secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL
tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran,akan tetapi
diharuskan mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong
peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajarinya dengan
situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajarnya di sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan
mereka berada. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, maka materi itu akan bermakna (meaningful) secara fungsional serta tertanam
erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah di lupakan. Ketiga, CTL
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL
bukan hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. artinya materi pelajaran dalam konteks
CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai
bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata mereka di masyarakat.
Pembelajaran kontekstual memiliki
beberapa karakteristik yang khas yang membedakannya dengan pendekatan
pembelajaran yang lain. Elaine B. Johnson ( Riwayat,2008) mengidentifikasi
delapan karakteristik contextual teaching and learning, yaitu:
a. Making
meaningful connections (membuat hubungan penuh makna). Siswa dapat mengatur
diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya
secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam
kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Doing
significant work (melakukan pekerjaan penting).Siswa membuat
hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan
nyata sebagai anggota masyarakat
c. Self-regulated
learning (belajar mengatur sendiri).Siswa mengatur pekerjaan yang
signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya
dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Collaborating
(kerja sama). Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
e. Critical
and creative thingking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
menggunakan bukti-bukti dan logika.
f. Nurturing
the individual (memelihara individu). Siswa dapat memberi perhatian,
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
g. Reaching
high standars (mencapai standar yang tinggi).
h. Using
authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa mengenal dan
mencapai standar yang tinggi dengan mengidentifikasi tujuan dan memotivasi
siswa untuk mencapainya.
Sedangkan menurut Sounders
(1995:5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACH
a. Relating
(keterkaitan/relevansi)Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan
bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dengan konteks pengalaman
dunia nyata seperti manfaat untuk bekerja dikemudian hari.
b. Experiencing
(pengalaman langsung). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui kegiatan
eksplorasi, penemuan (discovery), inventori, investigasi, penelitian dan
sebagainya.seperti audio, video, membaca dan menelaah buku teks sangat bermanfaat.
c. Applying (aplikasi).
Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari dalam situasi
dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar
hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk
diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan
fakta konsep, prinsip dan prosedur.
d. Cooperating
(kerja sama). Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa
dengan guru, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan
strategi pembelajaran pokok dalampembelajaran kontekstual.
e. Transferring (alih
pengetahuan). Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk
mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki pada
situasi lain.
a. Menemukan (inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari
CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan,telah lama di
perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry
and discovery (mencari dan menemukan).tentu saja unsure menemukan dari
kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip
tidak banyak perbedaan,intinya sama,yaitu model atau system pembelajaran yang membantu siswa baik secara indidvidu maupun kelompok belajar untuk
menemukan sendiri sesuai dengan pegalaman
masing-masing.
Dilihat dari segi
kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi di
bandingkan dengan hasil pemberian. beranjak dari logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan
memiliki hubungan yang erat bila dengan pendekatan pembelajaran.di mana hasil
pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat
lebih tahan lama diingat oleh siswa
bila dibandingkan dengan
sepenuhnya merupan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar biasa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang di
kembangkan oleh guru.
Keterkaitan yang
mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran
kontekstual. Ketika murid dapat mengaitkan
isi dari mata pelajaran akademik
seperti pendidikan agama Kristen dengan pengalam mereka sendiri,mereka
menemukan makna,dan makna member mereka
alan untuk belajar, mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup
dan keterkaitan inilah inti dari
CTL. bab ini menjelaskan dan member
contoh jenis-jenis keterkaitan yang
paling sering di andalkan oleh para
pendidik agar pembelajaran berisi makna
yang khusus bagi murid. bab ini menyorot keterkaitan yang di buat oleh guru di
ruang-ruang kelas tradisional dan juga metode yang semakin kompleks yang di
gunakan oleh pendidik untuk
menghubungkan isi dengan konteks,antara
lain,pengaitan beberapa mata pelajaran,mata pelajaran terpadu,pembelajaran
berbasis kerja, jalur karier, pembelajaran berbasis sekolah, dan kliah kerja
nyata bab ini menggambarkan hubungan masing-masing di atas, memberikan
banyak contoh,dan memberikan tuntunan
cara menggunakanya. pengaitan isi dengan konteks berhasil karena pengaitan semacam ini
merupakan komponen dari CTL hubungan
dari semua bagian di sistem CTL yang
member kekuatan kepada system ini sudah bertahun -tahun pengajaran di program
untuk siswa cerdas dan berbakat,
menemukan bahwa menghubungkan studi
akademik dengan konteks kehidupan siswa
sehari-hari yang di iringi dengan
pengunaan komponen lainya dari CTL, efektif untuk pembelajaran sampai pada kesimpulan yang sama dengan yang di suarakan oleh gerakan CTL selama
1980-an tentang pengjaran dan
pembelajaran efektif perbandingan
singkat dengan unsure-unsur CTL unsur -unsur yang di gunakan pada program pengajaran bagi siswa menggambarkan
bahwa kedua sistem tersebut sebenarnya sama.
Menunjukkan bahwa
unsur-unsur CTL sebenarya sama dengan unsur
yang di gunakan selama bertahun –tahun dalam program untuk anak berbakat kita tidak perlu terkejut bahwa CTL dan TAG, walaupun terpisah,
sama-sama telah membuka jalur yang tepat
untuk semua anak. Dengan menerapkan
komponen-komponen yang ada di bab
ini secara bersama-sama,semua anak akan
terbantu untuk mencapai standard pendidikan yang tingi.tampak
jelas sekalibahwa praktik menghubungkanmuatan akademik dengan konteks kehidupan sehari-hai memperoleh
kekutan dari hubunganya dengan bagian-bagian lain dari sistem CTL bagaimanapun, membangun
hubungan itu sendiri sangat penting
untuk menemukan makna.kekutan dari
strategi tunggal ini sebagian timbul dari kesesuainya dengan fungsi otak dan tiga prinsip utama yang meliputi semua sistem kehidupan, termasuk manusia dan organisasinya.
b.
Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karateristik
utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetehuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
bertanya. oleh
karen
itu,bertanya merupakan strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam
CTL harus difasilitasi oleh guru,
kebiasaan
siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas
dan produktivitas pembelajaran. seperti
pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan
dan kenginginan untuk bertanya, sangat di pengaruhi oleh suasana pembelajaran yang di kembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang di ajukan oleh guru atau siswa
harus di jadikan alat atau
pendekatan untuk memanggil informasi
atau sumber belajar yang ada
kaitanya dengan kehidupan nyata. Dengan
kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing
siswa melalui pertanyaan yang di ajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara
konsep yang di pelajari dalam
kaitan dengan kehidupan nyata.
Melalui penerapan
bertanya, pembelajaran akan lebih hidup akan mendorong proses dan hasil
pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan maupun akan banyak di
temukan unsure unsure terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan
baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu,cukup beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya,
maka:1) Dapat menggali
informasi, baik administrasi maupun akademik; 2)
Mengecek pemahaman siswa;3)
Membangkitkan respon siswa; 4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang di ketahui siswa;7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan 8)
Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah
dimiliki siswa.
Questioning atau
bertanya adalah salah satu strategi pembentukan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan
untuk mendorong peserta didik mengetahui sesuatu, mengarahkan peserta didik
untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan peserta didik. sistem
CTL adalah sebuah proses pendidkan yang
bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengancara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dlam
kehidupan keseharian mereka,yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial,dan
budaya mereka.untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan
komponen berkut membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan
pekerjaan yang berarti,melakukan pembelajaran yang di atur sendiri,melakukan
kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu indifidu untuk tumbuh
dan berkembang, mencapai standar
yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Dalam pembelajaran
kegiatan bertanya berguna untuk:
a.
Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik.
b.
Mengecek pemahaman peserta didik
c.
Membangkitkan respon kepada peserta didik
d.
Mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik
e.
Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui peserta
didik.
f.
Memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu yang
dikehendaki.
g.
Untuk membangkitkan pertanyaan dari peserta didik.
h.
Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik. Pada
semua aktivitas belajar bertanya dapat diterapkan antara peserta didik dengan
peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara guru dengan
peserta didik, antara peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas. Aktivitas bertanya juga dapat ditemukan ketika peserta didik berdiskusi,
bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, dan ketika mengamati.
c.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara brpikir tentang apa yang
baru terjadi atau baru saja dipelajari.dengan kata lain refleksi adalah
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu,siswa
mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelumnya.
pada
saat refleksi, siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan,
menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be) refleksi
merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang
tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang
baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun
yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula,yaitu
melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan. Untuk kemudian dapat di jadikan
sandaran dalam menanggapi terhadap
gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan
hanya terjadi dan dimiliki ketika
seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari
itu adalah bagaimana membawa pengalaman
belajar tersebut ke luar dari kelas,
yaitu pada saat ia di tuntut untuk
menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang akan di hadapi sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata yang di hadapinya akan mudah
diaktualisasikan manakala
pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya
menerapkan unsur refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktifitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para
siswa melihat makna di dalam tugas
sekolah. Ketika para siswa menyusun
proyek atau menemukan
permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima
tanggung jawab, mencari informasi dan
menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif
memilih, menyusun, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan
membuat keputusan, mereka mengaitkan isi
akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna
Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas,2003). Pada
kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. penemuan makna
adalah cirri utama dari CTL di
dalamkamus makna diartikan sebagai arti penting dari sesuatu ada maksud
ketika di minta untuk mempelajari
sesutatu yang tak bermakna para
siswa biasanya bertanya, mengapa kami harus
mempelajari ini? Wajar sekali jika mereka
mencari makna, arti penting dan
maksud, serta manfaat dari tugas
sekolah yang mereka terima gerakan akar rumput CTL menunjukkan bahwa CTL yak berada di jantung sistem pendidikan di setiap masyarakat. CTL
menghilangkan pemisahan antara pembelajaran teoritis dan praktis. CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui
dan melakukan berpikir dan bertindak. sebagai suatu pendekatan menyeluruh terhadap pendidikan, CTL cocok
dengan cara otak berfungsi, yang
merupakan sistem dari berbagai sistem.
Bagian berikut secara singkat akan
memperkenalkan kecocokan antara CTL dan fungsi otak.
Guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
a)
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang
diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.
b)
Catatan atau
jurnal di buku siswa.
c)
Kesan dan saran
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan
3. Defenisi Variabel Y (Peningkatan Minat
Belajar Siswa)
Kata
peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif
berubah menjadi positif.sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa
kuantitas dan kualitas. Kuantitas
adalah jumlah hasil dari sebuah proses
atau dengan tujuan peninkatan
sedangkan kualitas mengembangkan nilai
dari suatu objek karena terjadinya
proses yang memiliki tujuan
berupa peningkatan. Hasil dari suatu
peningkatan juga di tandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat
suatu usaha atau proses telah sampai
pada titik tersebut maka akan
timbul perasaan puas dan bangga
atau pencapaian yang telah di diharapkan.
Menurut slameto
(2003:180) “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan” sedangkan menurut Djaali (2008:121)”minat adalah
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,tampa ada
menyeluru”. Sedangkan menurut Crow dan Crow (dalam djaali,2008:121) mngatakan
bahwa “minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan oran,benda,kegiatan,pengalaman yang dirangsang
oleh kegiatan itu sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan
bahwa pengertian minat rasa ketertarikan,perhatian,kegiatan lebih yang dimiliki
seseorang terhadap suatu hal,tanpa ada dorongan
Pengertian belajar Skinner (dalam
Walgito,2010:184) memberikan definisi belajar “Learning is a process of
progressive behavior adaptation”. Sedangkan menurut Walgito (2010:185)”belaar
merupakan perbahan perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku
(change in behovior or performance)”. Menurut white ttekke (Djamara 2011:12) merumuskan
bahwa belajar sebagai proses dimana tingkalaku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau prngalaman”. Demikian juga menurut (Djamatra2011:13) “serangkaian
jiwa laga untuk memperoleh untuk suatu perubahan tinggka laku sebagai hasil
dari pengalaman indifidu dalam interaksi lingkungannya yang menyangkut
kongnitif,afekti dan psikomotorik. Demikian juga menueut Hodija (2014:50)
“belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan
membentuk kompetensi,keterampilan dan sikap yang baru melibatkan proses-proses
internal yang menyebabkan perubahan perilaku dan silapnya bersikap permanen.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah perubahan dalam diri pelajarannyyang
berupa,pengetahuan,keterampilan dan dan tingkah laku akibat dari interaksi
dengan lingkungannya
- Defenisi minat
Minat merupakan
rasa ketertarikan, perhatian, keiginan lebih yang
demikian seseorang terhadap suatu hal, tampa ada dorongan. Minat tersebut akan
menetap dan berkembangan pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari
lingkunganya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan memperoleh dengan
mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar. Dan
faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan dari dalam
individu. Dorongan motif sosial dan dorongan emosional. Dengan demikian
disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu unuk
memiliki rasa senang tampa ada persaa sehingga dapat menyebabkan
perubahan,pengetahuan, keterampilan
dan tinggkah laku.
b. Defenisi
Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang anak
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (slameto,1999:2)
Menurut Sardiman, AM, (2014: 23) “belajar adalah perubahan tingkah laku,
dan terjadi karena hasil pengalaman”.Sejalan dengan itu, Iskandar (2012: 102)
mengatakan “belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya”.Kurniawan (2014: 4) mengatakan
“belajar itu sebagai proses aktif internal individu dimana melalui pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahn tingkah laku
yang relatif permanen”.Sedangkan, menurut Djamarah (2011: 13) “belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.
c.
Defenisi Siswa
Siswa adalah salah satu
komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode
pengajaran. Sebagai salah satu komponen, maka dapat dikatakan bahwa siswa
adalah komponen yang terpenting di antara komponen lainnya. Pada dasarnya ia
adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa,
sesungguhnya tidak akan ada terjadi proses pembelajaran. Sebabnya ialah karena
siswalah yang membutuhkan pengajaran bukan guru, guru hanyalah berusaha
memenuhi kebutuhan yang ada pada siswa. Siswalah yang belajar, karena itu maka
siswalah yang mebutuhkan bimbingan, tanpa adanya siswa, guru tidak mungkin
mengajar. Sehingga siswa adalah komponen yang terpenting dalam hubungan proses
belajar mengajar.
4. Landasan Variabel Y (Minat Belajar Siswa)
Menurut Slameto (2003:57) siswa yang berminat dalam
belajar adalah sebagai berikut :
1) Memiliki
kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakan dan mengenang sesuatu yang
dipelajari secara terus-menerus
2) Ada
rasa suka dan senag terhadap sesuatu yang diminatinya
3) Memperoleh
sesuatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang diminati.
4) Lebih
munyukai hal yang lebih menjadi minatnya dari pada hal yang lainnya.
5) Dimani
festasiakan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar di atas adalah memilih
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara
terus-menerus, memperoleh kebanggan dan kepuasan terhadap hal yang diminati,
berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya.
Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam
pencapaian prestasi belajar.
Dalam
pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu tampa ada
paksaan. Dalam minat belajar seseorang siswa yang memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar yang berbada-beda, menurut Syah (2001:132) yaitu:
1)
Faktor Internal
a. Faktor
dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yaitu: a) aspek
fisiologi kondisi jesmani dan tegangan otot (tonos) yang menandai tingkat
kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
pembelajaran
b. Aspek
psikologis, aspek psikogis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri
dari, intelegensi,bakat
siswa, sikap
siswa, minat
siswa, motivasi
siswa.
2)
Faktor Eksternal Siswa
Faktor
eksternal terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan social dan faktor
lingkungan nonsosial
1) Lingkungan
sosial social terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman
sekelas
2) Lingkungan
nonsosial lingkungan social terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi
pelajaran, waktu
belajar, keadan
rumah tempat tinggal, alat-alat
belajar.
3)
Faktor Pendekatan
Belajar
Faktor
pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menuju keefektifkan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu
Menurut Djamarah (2002:132)
indikator minat belajar yaitu rasa suku, senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa
ketertarikannya kesadaran untuk belajar tampa di suruh, berpartisipasi dalam
aktivitas belajar, memberikan
perhatian. Menurut Slameto (2010:180) beberapa indikator minat belajar yaitu:
perasaan senag, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat belajar
tersebut diatas, dalam
penelitian ini menggunakan indikator minatnya yaitu :
a.
Perasaan senang
Apabila seorang siswa
memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa
terpaksa untuk belajar. Contohnya
yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat
pelajaran. Seperti
firma-Nya, bersukacitalah
kamu di dalam tuhan senantiasa, dan lagi sekali aku mengatakan, bersukacitalah kamu, bapa sorgawi senang
melihat putra-putrinya bersukacita.
(Filipi
4:4)
b.
Keterlibatan Siswa
Ketertarikan
seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik
untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif
dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru. Dengan
demi kian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlenkapi untuk setiap perbuatan
baik” (2 Tim 3:16-17) Firman Alah menyempurnakan, mendewasakan, dan
memperlengkapi kita supaya biasa menjadi hamba-Nya yang terdidik dan setia.
c. Ketertarikan
Berhubungan
dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang,
kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri. contoh:
antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.Rasul paulus
mengingatkan timoteus:’usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah”(2 Tim
2:15)” berusaha, mempunyai makna“bertekun, bekerja keras, atau bergegas untuk
mencurahkan seluruh tenaga.”oleh
karena itu supaya kita bias mendidik diri sendiri dengan baik, kita harus sepenuh hati
mempelajari firman Allah dengan penuh ketekunan.
d. Perhatian Siswa
Minat
dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan
sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan
dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada
obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.contoh: mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat materi.
B.
Kerangka
Konseptual
Kerangka
konseptual adalah sebuah
pernyataan teoritis
yang menunjukkan tentang ada tidaknya nisbah teoritis
antara Pengaruh
pembelajaran
Contextual Teaching Learning
Guru PAK sebagai variabel X dengan Minat Siswa sebagai variabel
Y.Sedangkan tujuan dari kerangka konseptual
adalah kristalisasi dari teori-teori yang telah diuraikan terdahulu dalam
kerangka teoritis. Hal ini dumaksudkan Untuk
menguji dan membuktikan bagaimana “Pengaruh
pembelajaran
Contextual Teaching Learning Guru PAK Terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa”,
1.
Menemukan (inquiry)
Menemukan, merupakan
kegiatan inti dari CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan
serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. kegiatan pembelajaran
yang mengarah pada upaya menemukan,
telah
lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan
menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu
siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri
sesuai dengan pegalaman masing-masing.
Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil
menemukan sendiri nilai kepuasan lebih
tinggi di bandingkan dengan hasil pemberian. beranjak dari logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki
hubungan yang erat bila dengan pendekatan pembelajaran. di mana hasil
pemnelajaran merupan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat
lebih tahan lama di ingat oleh siswa
bila di bandingkan dengan
sepenuhnya merupan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara
kreatif agar bias menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang di
kembangkan oleh guru.
CTL adalah sebuah system yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung.
bagian- bagian ini terjalin satu sama
lain,maka akan di hasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang di berikan bagian bagianya secara terpisah. Seperti halnya biola, cello,
clarinet, dan alat music lain di dalm
sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang secara bersama-sama
menghasilkan music, demikian juga bagian-bagian
CTL yang terpisah melibatkan
proses-proses yang berbeda, yang ketika di gunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa
membuat hubungan yang menghasilkan makna.setiap
bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalm menolong siswa memhami tugas
sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang
memungkinkan para siswa melihat
makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik.
CTL, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih dari pada
sekedar menuntut para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan
para siswa dalm mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka
melihat bahwa manusia sendiri memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk
memengaruhi dan membentuk sederetan konteks yang meliputi keluarga,
kelas,
klub,
tempat kerja, masyarakat,
dan lingkungan tempat tinggal, hingga ekosistem.
2.
Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi
karateristik utama CTL
adalah kemampuan dan kebiasaan
untuk
bertanya. Pengetehuan yang dimiliki
seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh Karen itu, bertanya merupakan
strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam CTL harus difasilitasi
oleh guru, kebiasaan
siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik
akan mendorong pada peningkatan
kualitas dan produktivitas
pembelajaran seperti
pada tahapan sebelumnya, berkembangnya
kemampuan dan kenginginan untuk
bertanya, sangat di pengaruhi oleh suasana pembelajaran yang di kembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang di ajukan oleh guru atau siswa
harus di jadikan alat atau
pendekatan untuk memanggil informasi
atau sumber belajar yang ada
kaitanya dengan kehidupan nyata. Dengan
kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing
siswa melalui pertanyaan yang di ajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara
konsep yang di pelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup akan mendorong
proses dan hasil pembelajaran
yang lebih luas dan mendalam, dan
maupun akan banyak di temukan unsure- unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan
baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu,cukup beralasan jika
dengan pengembangan bertanya
produktivitas pembelajaran akan lebih
tinggi karena dengan bertanya,maka:1)
Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; 2) Mengecek
pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon
siswa; 4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan
siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang
di ketahui siswa; 7) Membangkitkan lebih
banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan
8) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah
dimiliki siswa.
3.
Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang
baru terjadi atau baru saja dipelajari. dengan kata lain refleksi adalah
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang
baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.pada saat refleksi, siswa di
beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning
to be) refleksi
merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur
pengetahun yang baru ini merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Pengetahuan
yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui
penerimaan, pengolahan dan pengendapan. Untuk kemudian dapat di jadikan san daran
dalam menanggapi terhadap gejala
yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari
itu adalah bagaimana membawa pengalaman
belajar tersebut ke luar dari kelas,
yaitu pada saat ia di tuntut untuk
menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang akan di hadapi sehari-hari. Kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan
leterampilan pada dunia nyata yang di hadapinya akan mudah
diaktualisasikan manakala
pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya
menerapkan unsure refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.
C . Model Teoritis
Untuk
mengetahui gambaran model teoritis secara sistematis dalam rangka analisis data
mengenai “Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK Terhadap Peningkatan
Minat Belajar Siswa” dapat digambarkan sebagai berikut:
Minat Siswa
1.Perasaan Senang
2. Keterlibatan Siswa
3.Ketertarikan
4. Perhatian Siswa
|
Pembelajaran
Contextual Teaching Learning Guru PAK
1. Menemukan (inquiry)
2. Bertanya (Questioning)
3. Refleksi (Reflection)
|
D. Rumusan Hipotesa
Hipotesa berasal dari dua kata
yaitu hypo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.Trelease (1960) mendefiniskan hipotesis sebagai “suatu keterangan
sementara dari suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good dan Scates
(1945) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai
petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.
Berdasarkan
kerangka Teoritis dan kerangka konseptual yang telah di uraikan, maka sebagai
rumusan hipotesis dalam penelitian ini:
a)
Hipotesa Umum
Pembelajaran Contextual
Teaching Learning Guru PAK secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Pematangsiantar.
b)
Hipotesa Khusus
1)
Pembelajaran contextual
teaching learning guru PAK melalui inquiry
(Menemukan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat
belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 pematangsiantar
2)
Pembelajaran contextual
teaching learning guru PAK melalui Questioning
(Bertanya) Mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan minat
belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Pematangsiantar.
3)
Pembelajaran contextual
teaching learning guru PAK melalui Reflection
(Refleksi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat belajar siswa
kelas VIII di SMP Negeri 6 Pematangsiantar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar