Kamis, 19 September 2019

TUGAS AKHIR SKRIPSI PURNAMA RAMAYANA SINAGA


KATA PENGANTAR
          Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Kasih KaruniaNya yang menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini, baik dari isi maupun bentuknya. Adapaun judul skripsi ini adalah Pengaruh pembelajaran contextual teaching learning Guru pendidikan agama kristen terhadap peningkatan minat belajar siswa, (kasus Kelas VIII NEGERI 6 Pematangsiantar). Penulisan skripsi ini adalah persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar Program Studi Ilmu Pendidikan / Pendidikan Agama Kristen pada jenjang Starata Satu ( S1 ). Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan bukanlah mustahil  didalamnya terdapat banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan, baik dari segi teknis maupun penyusunannya, terutama dari segi ilmiahnya. Tapi berkat bimbingannya dan arahan Bapak Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu serta dorongan dari pihak-pihak lain, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
       Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak antara lain :


11.  Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH, MH selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan telah memberikan izin dan kemudahan selama penulis mengikuti perkulihan dalam program studi Ilmu Pendidikan/Pendidikan Agama Kristen.
22.   Dr. Hilman Pardede, M.Pd, selaku Dekan FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penulis mengikuti perkulihan dalam program studi Ilmu Pendidikan/Pendidikan Agama Kristen
33.    Ibu Pdt. Dr. Nurliani Siregar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan waktu dan kesempatan membimbing, mengoreksi, mengarahkan dan memberi perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Bapak Drs. Janwar Tambunan, M.Pd selaku Pembimbing kedua yang selalu memberikan banyak perhatian, motivasi, pertunjuk-petunjuk, bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
44.  Seluruh Dosen Jurusan IP/PAK antara lain : Ibu Pdt.Dr. Nurliani Siregar, M.Pd selaku ketua Jurusan IP/PAK, Bapak Gr. Bangun Munte, S.Pd,MM, Bapak Pdt. Sunggul Pasaribu, S.Th,M.PAK, Bapak Drs. Janwar Tambunan M.Pd, Bapak Pdt. Darman Samosir, M.Th, Bapak Pdt. Peniel Sirait, M.Psi. Ibu Pdt. Jojor Silalahi, M.Th, Ibu Pdt. Paulina  Herlina  N. Sirait, M.Si  Teol.
55.    Seluruh staf dan pegawai di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan.
66.  Pimpinan SMP Negeri 6 Pematangsiantar dan guru PAK serta siswa/I yang telah membantu penulis dalam pengisian angket.

77.  Teristimewa kepada Ayah tercinta Sy. Hotman Sinaga Dan Mama Tercinta Sy. Malinta Saragih Simarmata yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik terutama memberikan dukungan moral maupun material yang tidak terhitung nilainya kepada penulis dalam mencapai gelar Sarjana, dan kepada Adik saya Dony Albert Sinaga, Jantri Hotdi Sinaga, Immanuel Dansany Sinaga, yang selalu memberi perhatian dan semangat kepada penulis selama mengikuti Pendidikan di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan.
88.  Kepada Teman Atau Sahabat Satu Organisasi Himpunan Mahasiswa Dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
99.   Kepada Seluruh keluarga Besar Sinaga Dari Pihak  Bapak, Polu, Kela, dan Keluarga Besar Saragih Simarmata Dari Pihak Mama, kepada Tulang Atturang, Oppung, Inang Tongah, Akki, Inang  Godang  Dan  Kepada Saudara Sepupu Saya, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
110.  Teman-teman seperjuangan saya Mahasiswa/I khususnya Jurusan PAK Stambuk 2015, yang selalu memberikan perhatian, semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


    Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kerelaan memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
    Doa dan harapan penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi peningkatan pendidikan umumnya, dan Pendidikan Agama Kristen secara khusus.




Pematangsiantar, September 2019
                  Hormat saya

                                                                            
                     Purnama R Sinaga
                                                                                                                                                                                NPM : 15160038


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
            Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan, tingkat partisiasi yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi, memahami, mencerna materi yang disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, Kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki siswa akan menentukan sejauh mana lingkungan mempengaruhinya dalam belajar untuk meningkatkan minat belajar. Selain masalah dalam lingkungan, sekolah, intelegensi, orang tua, bimbingan belajar guru PAK, motivasi, serta disiplin akan mempengaruhi minat dalam belajar juga.
Pada umumnya anak yang berasal dari lingkungan yang sama dan sekolah mendapat pendidikan dan pengajaran yang sama, ternyata masih juga memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang menyolok dalam kurangnya sikap belajar siswa tersebut. Untuk itu dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan seorang guru PAK dalam memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami permasalahan dalam belajarnya,Hal ini sejalan dengan tujuan undang-undang sistem pendidikan Nasional No 20 pasal 3 tahun 2003 dituliskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab.
Di SMP NEGERI 6 Pematangsiantar khususnya kelas VIII pemilihan judul ini diharapkan mampu memberikan sedikit gambaran mengenai Pembelajaran CTL (Contekstual Teaching Learning) guru PAK dalam meningkatkan Minat belajar siswa, Pendekatan kontekstual  ini  menekankan  salah satunya kepada bagaimana belajar di sekolah yang dapat diterapkan ke dalam situasi dunia nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya dalam kehidupan mereka. Pada pembelajaran kontekstual tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak akan bertahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tumbuh dan  berkembang  melalui  pengalaman  dalam  bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, mendemonstrasikan sendiri, dan lain sebagainya.pembelajaran di sekolah tidak hanya di fokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana  agar pengalaman belajar  yang dimiliki siswa  senantiasa terkait dengan permasalahan- permasalahan aktual yang terjadi  di lingkunganya.
Dengan demikian, inti dari pendekatan  CTL adalah keterkaitan  setiap mamteri atau topik  pembelajaran dengan kehidupan nyata.Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa( Nurhadi,2002).
Sementara itu, Howey R, Keneth, (2001) mendefinisikan  CTL sebagai berikut:
(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya  proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat  simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.sisem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu  siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari  dengan jalan memnghubungkan  mata pelajaran akademik  dengan isi kehidupan sehari-hari,yaitu dengan konteks  kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. pebelajaran CTL sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan   fasilitas  kegiatan belajar siswa  untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman  belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan  aktifitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar di lihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pembelajaran CTL ( contekstual  teaching  and learning ) merupakan konsep  belajar yang dapat  membantu guru mengaitkan  antara materi yang diajarkanya  dengan situasi dunia nyata siswa  dan mendorong siswa membuat hubungan  antara pengetahuan  yang dimilik semuainya  dengan penerapanya dalm kehidupan mereka  sebagai anggota  keluarga dan masyarakat ( Nurhadi, 2002). Untuk memperkuat  dimilikinya  pengalaman belajar  yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak  memberikan kesempatan  kepada siswa untuk melakukan  mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pedengar  yang pasif sebagaimana  penerima terhadap  semua informasi  yang di sampaikan guru.oleh sebab itu, melalui model pembelajaran CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang seperti terlepas dari kehidupan nyata,akan tetapi lebih di tekankan pada upaya memfasilitasi  siswa untuk mencari  kemampuan bias hidup (life skill) dari apa yang  dipelajarinya.
Menurut Nurliani siregar (2015:24) Pembelajaran adalah proses interaksi  peserta didik  dengan pendidikan dan sumber belajar  pada suatu lingkungan  belajar pembelajaran merupakan bantuan  yang  di berikan  pendidik agar  dapat terjadi proses perolehan ilmu  dan pengetahuan, penguasaan kemahiran  dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta ddik dengan kata lain, pembelajaran adalah proses  untuk membantu  peserta didik  agar dapat belajar  dengan baik
            Bimbingan belajar dapat bertujuan agar siswa dapat bertumbuh dan berkembang untuk mencapai perkembangan pendidikan sesuai dengan potensi, sikap, dan bakatnya.Bentuk layanan bimbingan belajar seperti memperhatikaan, mendampingi dan mendorong belajar siswa sangat dibutuhkan agar siswa/siswi yang memiliki masalah baik masalah pribadi maupun masalah dalam belajardapat terbantu sehingga mereka dapat belajar dengan lebih baik serta mendapat minat dalam belajar yang baik pula. Dengan bimbingan yang ada disekolah, maka sekolah melakukan berbagai cara yang dapat membantu siswa yaitu bimbingan secara berkelompok dan secara individual dimana secara berkelompok seorang pembimbing dapat membantu siswa sekelompok anak dengan masalah yang sama untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya dalam belajar sedangkan secara individual pembimbing dapat menanyakan atau melakukan bimbingan antara empat mata supaya siswa dapat menjelaskan masalah yang ada pada dirinya tanpa diketahui orang lain.
Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk menumbuhkan sikap belajar dalam diri siswa adalah melalui bimbingan belajar yang dilakukan oleh pembimbing, dimana bimbingan sangat penting bagi kehidupan seorang anak dalam pembentukan kepribadiannya dan merupakan suatu kegiatan yang memberikan bantuan atau tuntutan kepada siswa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan.Dalam usaha meningkatkan minat belajar siswa, maka guru PAK sebagai guru bimbingan harus penuh dengan tanggung jawab melaksanakan tugas tersebut sebab minat belajar merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kemauan dalam belajar, dan minat juga merupakan gudang yang kaya bagi aktifitas belajar.Memberi bimbingan kepada siswa tanpa memperhatikan apakah ada perubahan yang terjadi dalam diri siswa merupakan kegiatan yang sia-sia, sebab kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak menyeret minat siswa kepada hal-hal yang menyimpang.Melihat berbagai masalah yang muncul maka sangat penting bagi siswa tersebut di didik dan di bimbing sedini mungkin dengan baik agar kelak menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sebagai generasi penerus bangsa.
 Guru Agama Kristen sebagai seorang pengajar sekaligus sebagai pembimbing sangat diperlukan sesuai dengan kompetensi guru bahwa guru PAK adalah sebagai seorang pembimbing. Guru Agama Kristen merupakan seorang sosok yang sangat berpengaruh dalam tugas dan tanggung jawab itu dengan mengarahkan siswa serta menuntun dan menggembalakan siswa untuk taat kepada peraturan sekolah terlebih dalam meningkatkan minat belajar siswa serta menunjukkan dan perbuatan yang benar-benar takut akan Allah.
Menurut Nurliani Siregar (2015:8) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana  untuk mewujudkan  suasana belajar  dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki  kekuatan spiritual keagamaan  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, dan keterampilan  yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Oleh sebab itu Pendidikan Agama dapat dijadikan sebagai pendidikan yang mampu mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas serta memiliki visi, transparasi, dan pandangan jauh kedepan; yang tidak hanya mementingkan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan Negara dalam berbagai aspek kehidupan.
             Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, Aktivitas merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Sedangkan hasil belajar yah itu mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik Seorang guru yang profesional tidak hanya digugu dan ditiru di lingkungan sekolah saja. Namun juga harus menjadi seorang yang dihargai bahkan menjadi panutan dilingkungan masyarakat, dan disegani dalam kegiatan yang diadakan dilingkungan tersebut karena tanggung jawab yang dilakukannya. Guru adalah Pembimbing  untuk mengenal, memahami dalam menghadapi semua yang berkaitan dengan pendidikan.
Untuk menolong para siswa menerima Yesus, perlu pembinaan iman yang merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru agama, artinya seorang guru agama menjadi penafsir iman siswa. Karena iman merupakan salah satu kekuatan yang dapat melepaskan segala perangkap yang dipasang si iblis yang disebut pembunuh manusia (Yoh.8:44). Salah satu cara pembinaan iman siswa telah dilakukan di sekolah SMP NEGERI 6 Pematangsiantar dengan mengadakan acara kebaktian setiap hari Sabtu setelah jam pulang sekolah. Namun sangat sedikit siswa yang mau menghadiri dan mengikuti serta berpartisipasi dalam acara tersebut. Cara lain juga dilakukan untuk pembinaan iman siswa dengan mengadakan retreat setiap semester. Akan tetapi banyak siswa yang memilih tidak mengikuti acara tersebut dengan berbagai alasan. Dalam keadaan seperti ini, guru agama dituntut untuk memecahkan masalah dan ada upaya menemukan solusi agar siswa memiliki minat serta semangat untuk menghadiri dan mengikuti acara-acara yang berhubungan dengan pembinaan iman seperti, Kebaktian di sekolah, acara retreat, dan acara-acara perayaan hari besar Kristen.
Dalam menolong para siswa untuk menerima Yesus tentulah guru agama harus membawa dalam pengenalan akan Yesus (Fil 2:3-4). Hal ini juga dapat dilakukan dengan membentuk kelompok PA (Penalaan Alkitab) untuk sama-sama mempelajari dan menjiwai makna nats Alkitab yang dibaca. A Sitompul (1987:14) mengatakan PA merupakan semua anggota yang harus merasakan bahwa mereka seluruhnya adalah suatu kelompok persekutuan hidup yang menelaah firman Tuhan dan yang memperteguh imannya. Kelompok PA tersebut diajak bernyanyi, berdoa dan membaca firman Tuhan secara bergiliran sekaligus bergumul dengan firman Tuhan dan guru agama sebagai gembala. Dari pergumulan tersebut merupakan suatu titik kesimpulan yang menjadi kesaksian bahwa firman Tuhan adalah sangat berarti dalam kehidupan siswa.
Disamping itu, guru agama harus pula menjadi seorang pedoman dan pemimpin, yang memberikan contoh perbuatan yang baik dan benar (Gal 6:9). Peranan ini sangat diharapkan di sekolah SMP NEGERI 6 Pematangsiantar, dimana guru agama menjadi teladan dalam berpenampilan, perkataan dan perbuatan. Karena masih banyak siswa yang melanggar peraturan-peraturan sekolah, seperti : seragam tidak lengkap, cara berpakaian tidak rapi, keributan didalam kelas saat kondisi belajar-mengajar berlangsung, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, juga ada yang melawan guru. Kasus ini sering terjadi pada siswa yang sedang duduk di kelas VIII SMP.

B.   Ruang Lingkup Masalah
       Ruang lingkup adalah luasnya subjek yang tercakup dalam penelitian ini, perlu diadakan ruang lingkup masalah yang akan dibahas agar tepat kearah penelitian. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Artinya bersifat ilmiah, perlu diadakan ruang lingkup agar jangan terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap onjek yang diteliti Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang menjadi bahan tulisan dan titik tolak di dalam penelitian,yakni : ‘’pengaruh pembelajaran CTL guru PAK terhadap peningkatan minat belajar siswa Kasus: kelas VIII SMP NEGERI 6 Pematangsiantar).
1.      Pengaruh pembelajaran Contextual Teachig Learning Guru PAK (Variabel X)
Menurut Elani B Jhonson ( riwayat,2008:187) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan  makna.Lebih lanjut Elaini mengatakan bahwa  pembelajaran kontekstual adalah suatu system pembelajaran yang cocok  dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa, Jadi, pembelajaran  kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa  aktif dalam memompa  kemampuan diri tanpa merugikan dari  segi manfaat, sebab siswa berisaha  mempelajari konsep sekaligus  menerapkan dan mengaitkanya dengan dunia nyata.

a.         Menemukan (inquiry)
 Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan). tentu saja unsure menemukan dari kedua  pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau sistem pembelajaran  yang membantu siswa baik secara  indidvidu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pegalaman  masing-masing.
a.        Bertanya (Questioning)
  Unsur lain yang menjadi karateristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetehuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh Karen itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada  peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
b.       Refleksi  (Reflection)
 Refleksi adalah cara brpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi  dari pengetahuan sebelumnya.pada saat refleksi, siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri ( learning to be).  
1.      Minat  Belajar siswa (Variabel Y)
Minat adalah suatu rasa  lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya  adalah  penerimaan  akan suatu hubungan  antara  diri sendiri  dengan sesuatu di luar diri.
Slameto (2010:180) Menguraikan indikator minat belajar yaitu sebagai berikut:
a.)     Perasan Senang
 Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.Seperti firma-Nya,bersukacitalah kamu di dalam tuhan senantiasa, dan lagi sekali aku mengatakan,bersukacitalah kamu,bapa sorgawi senang melihat putra-putrinya bersukacita.(Filipi 4:4).
b).   Keterlibatan Siswa
  Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.Dengan demi kian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlenkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim 3:16-17) Firman Alah menyempurnakan,mendewasakan,dan memperlengkapi kita supaya biasa menjadi hamba-Nya yang terdidik dan setia.
c).   Ketertarikan
     Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.Rasul paulus mengingatkan timoteus:’usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah”(2 Tim 2:15)”berusaha,mempunyai makna“bertekun,bekerja keras,atau bergegas untuk mencurahkan seluruh tenaga.”Oleh karena itu supaya kita bias mendidik diri sendiri dengan baik,kita harus sepenuh hati mempelajari firman Allah dengan penuh ketekunan.
d).   Perhatian Siswa
      Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi.

      C.      Rumusan Masalah
              Masalah adalah ketika ada gap antara Das Sein dan Das Sollen. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal; persoalan (KBBI Depertemen Pendidikan dan kebudayaan Balai Pustaka 1988 : 562). Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 198 dalam Sugiono 2009 : 52 ). Maka rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Berdasarkan ruang lingkup masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah  adalah :  
1.      Masalah Umum
Sejauhmanakah Pengaruh pembelajaran CTL guru PAK Terhadap peningkatan minat belajar siswa di Kelas VIII SMP NEGERI 6 Pematangsiantar?
2.      Masalah Khusus
a.       Sejauhmanakah pengaruh pembelajaran CTL guru PAK (inquiry), terhadap peningkatan Minat belajar siswa?
b.      Sejauhmanakah pengaruh pembelajaran CTL guru PAK   (Questioning) terhadap peningkatan minat belajar siswa?
c.       Sejauhmanakah pengaruh pembelajaran CTL guru PAK (Refleksi) tehadap peningkatan minat belajar siswa ?

D.   Tujuan Penelitian
 Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi Tujuan Penelitian  
ini adalah :
1.   Tujuan umum
      Untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh pembelajaran Contextual Teaching Learning guru  PAK  terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI 6  pematangsiantar.
2.   Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pembelajaran CTL guru PAK sebagai bahan menemukan (Inquiry) dan mengembangkan minat belajar  siswa.
b.      Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pembelajaran CTL guru PAK sebagai bahan bertanya (Questioning) untuk mengembangkan  minat belajar  siswa.
c.       Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pembelajaran CTL guru PAK sebagai Refleksi dalam mengembangkan minat belajar siswa.
E.    Manfaat Penelitian
  Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka yang menjadi manfaat penelitiam    ini adalah :
a.       Menjadikan referensi sekaligus perbandingan dalam membahas atau mengadaka penelitian kembali, mengenai tanggungjawab guru PAK dan minat belajar  siswa.
b.      Menyumbangkan pemikiran kepada calon guru Pendidikan Agama Kristen dalam  meningkatkan minat belajar siswa.
c.       Sebagai bahan masukan bagi para guru PAK yang belum bertanggung jawab terhadap  tugas  profesinya.
d.      Sebagai bahan bacaan di perpustakaan FKIP Universitas HKBP Nomensen pematang siantar.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.      Kerangka Teoritis
Landasan teori berisi tentang uraian teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis data temuannya. Landasan teori ini menjadi penting untuk dirumuskan secara rinci dan spesifik. Disamping merumuskan landasan teori, penyusunan konsep yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian akan memberi pengertian bahwa apa yang diteliti menjadi jelas. Dalam suatu penelitian kerangka teoritis sangatlah penting untuk diuraikan, karena dari kerangka teoritis ini akan diperoleh penjelasan-penjelasan dari beberapa teori yang dikemukakan dari beberapa tokoh sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Teori merupakan sistem gagasan dan abstraksi yang memadatkan dan mengorganisasikan berbagai pengetahuan manusia tentang apa sesungguhnya dunia sosial.
Teori  ini menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita memberikan makna. Secara deduktif  (logika berfikir) peranan kerangka teori adalah sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan sementara (hipotesis) atau pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (Trial and Error). Dalam kerangka teoritis ini akan dibahas beberapa aspek yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data Dalam kerangka teoritis ini akan dibahas beberapa aspek yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Adapun aspek yang akan dibahas :

1.        Defenisi Variabel X (Pengaruh pembelajaran CTL  guru PAK)
a.      Defenisi Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Masa kini oleh Budiono, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Maka dapat ditegaskan bahwa pengaruh adalah kekuatan daya tarik untuk mempengaruhi dan mengajak, karena dimana ada kekuatan maka harus ada hasil dan tanggung jawab dalam pelaksanaanya.
W.J.S.Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain (Poerwardaminta:731). Bila ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki kibat atau hasil dan dampak yang ada.
b. Defenisi Pembelajaran
            Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang  komplek. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien (Mashudi, Toha dkk, 2007 : 3). Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlumenciptakan suasana yang kondusif dan strategi belajar yang menarik minat siswa. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas pengajar, pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar yang mampu mempasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang menandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
            Menurut Janwar Tambunan (2017:109) Mengajar merupakan tugas guru, yang menyebabkan adanya  tuntutan bagi setiap guru  untuk dapat menjawab pertanyaan tentang  bagaimana seharusya mengajar, salah satu factor yang mempengaruhi  keberhasilan suatu peristiwa  pembelajaran adalah “cara”  yang di gunakan  guru dalam membelajarkan  muridnya.  Penguasaan guru atas isi / materi pelajaran tidak cukup menjamin  keberhasilan proses pembelajaran, tetapi harus mampu memilih “cara terbik” dalam menyampaikan  “pesan” pembelajaran.
c.     Defenisi Contextual Teaching Learning
Menurut Elani B Jhonson (riwayat, 2008:187) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.Lebih lanjut Elaini mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok  dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan  muatan akademis dengan konteks dari kehidupan  sehari-hari siswa, Jadi, pembelajaran  kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa  aktif dalam memompa  kemampuan diri tanpa merugikan dari  segi manfaat, sebab siswa berisaha  mempelajari konsep sekaligus  menerapkan dan mengaitkanya dengan dunia nyata.Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik yang mereka pelajari dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Contextual Teaching Learning adalah system yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan di hasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang di berikan bagian-bagianya secara terpisah. seperti halya biola, cello, klarinet, dan alat music lain di dalam sebuah orkestra  yang menghasilkan bunyi  yang berbeda-beda  yang secara bersama-sama  menghasilkan musik, demikian juga bagian – bagian  CTL yang terpisah melibatkan  proses-proses  yang berbeda, yang ketika di gunakan bersama-sama, memampukan parasiswa membuat  hubungan yang menghasilkan makna. Setiap again CTL yang berbeda – beda ini membeikan sumbangan dalam menolong siswa  memahami tugas sekolah. Secara bersama- sama, mereka membentuk suatu sistem yag memmungkinkan  para siswa melihat makna  di dalamnya, dan mengingat  materi akademik.
Depdiknas mendefinisikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:
Suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/kontekslainnya.
Kontekstual berasal dari kata “konteks” yang berarti:Bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna, situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian: orang itu harus dilihat sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Jadi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam arti pembelajaran kontekstual yang dimaksud dalam tesis ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara utuh agar dapat menemukan materi yang dipelajari serta menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata untuk diterapkan dalam kehidupan mereka, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
d.    Defenisi Guru PAK
Guru berarti orang yang memberikan pengajaran tentang suatu hal kepada seseorang yang lain. Dimana guru bertindak sebagai orang yang menyampaikan ajaran atau sesuatu hal kepada muridnya, sebagaimana Yesus Kristus menyampaikan pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya. Peranan Guru dalam PAK sangat penting dalam membentuk kepribadian anak utuk mewujudkan anak-anak yang beriman dan saleh. Dalam Amsal 22 : 6 dikatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak menyimpang dari pada jalan itu”.
Menurut Homrighausen (2012 : 164) Guru Pendidikan Agama Kristen adalah seorang yang membantu peserta didik berkembang untuk memasuki persekutuan iman dengan Tuhan Yesus sehingga menjadi pribadi yang bertanggungjawab baik kepada Allah maupun kepada manusia.
Menurut Kenneth O. Gangel (2001 : 44) Guru PAK adalah seseorang yang menyampaikan kebenaran dengan terus terang dan berani dimana dalam setiap aspek kehidupan dan kerjanya, dalam seluruh keberadaannya, harus melakukan kebenaran, termasuk kejujuraan secara tetap.
Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa Guru pendidikan agama Kristen (PAK) adalah seorang profesional dalam bidang agama Kristen dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi untuk diajarkan kepada peserta didik dan sumber pengajarannya adalah Alkitab.
2.    Landasan Variabel X (Pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK)
Pembelajaran contextual teaching leaning merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan  antara materi yang di ajarkanya  dengan situasi dunia  nyata siswa  dan mendorong  siswa membuat hubungan  antara pengetahuan  yang di milikinya  dengan penerapanya  dalam kehidupan mereka  sebagai anggota  keluarga dan  masyarakat, (Nurhadi, 2002).untuk  memperkuat dimilikinya pengalaman belajar  yang aplikatif  bagi siswa, tentu saja di perlukan pembelajaran  yang lebih banyak  memberikan kesempatan  kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar  yang pasif sebagaimana penerima terhadap  semua informasi  yang di sampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan trasformasi pengetahuan dari guru kepada siswa  dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,akan tetapi lebih di tekankan  pada upaya memfasilitasi  siswa untuk memcari  kemampuan untuk bisa hidup (life skil) dari apa yang di pelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat ( bukan dekat dari  segi fisik), akan tetapi secara fungsional  apalagi di pelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang  terjadi di lingkunganya ( keluarga dan masyarakat).
Landasan Filosofis dan Psikologis Contextual Teaching and Learning (CTL)
1.      Landasan Filosofis.
Contextual Teaching and Learning (CTL) banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Glasersfeld menegaskan dalam proses konstruksi diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2) kemempuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan; (3) kemempuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.  
Ditjen Dikdasmen (2003: 3-5) menjabarkan kecenderungan tentang belajar berdasarkan kontruktivisme sebagai berikut:
a)         Proses belajar,
Meliputi: (1) belajar tidak hanya sekedar menghapal, akan tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri; (2) siswa belajar dari mengalami, dimana siswa mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan diberi begitu saja oleh guru; (3) pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter); (4) pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; (5) manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru; (6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide;(7) proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang
b)        Transfer belajar,
Meliputi: (1) siswa belajar dari mengalami sendiri, ukan dari pemberian orang lain; (2) keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas; (3) penting bagi siwa untuk tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c)         Siswa pembelajar
Meliputi: (1) siswa memiliki kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal yang baru; (2) strategi belajar itu penting. Siswa dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting; (3) peran guru membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan yang sudah diketahui; (4) tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sindiri.
d)        Pentingnya lingkungan belajar
Meliputi: (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa; (2) pembelajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siwa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih penting daripada hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting
2. Landasan Psikologis.
            Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subyek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologi kognitif. Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pehaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Perkembangan kognitif ini sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal. Jadi belajar dalam konteks CTL adalah bukan hanya sekedar menghapal, atau mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, akan tetapi merupakan proses pemecahan masalah dan proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks serta menangkap pengetahuan dan kenyataan, sehingga bermakna untuk kehidupan peserta didik.
        Teori-Teori Belajar yang Mendasari Contextual Teaching and Learning (CTL).
Teori Belajar Konstruktivistik Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam teori belajar konstuktivis ini siswa harus benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan memanfaatkan ide-ide.Teori ini berkembang dari Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologikognitif yang lain seperti teori Bruner.Menurut teori ini, prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pembelajaran di sekolah tidak hanya di fokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bgaimana agar pengalaman belajar yang di miliki siswa senantiasa  terkait dengan permasalahan-permasalahan actual yang terjadi di lingkuganya. Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topic  pembelajaran dengan  kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya bias di lakukan berbagai cara, selain karena memang materi  yand di pelajari secara langsung terkait  dengan kondisi factual, juga bias di siasati  dengan pemberian  iustrasi atau contoh, sumber belajar,  media dan liain  sebagainya, yang memang baik  secara langsung maupun tidak  diupayakan terkait  atau ada hubungan dengan pengalaman  hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan di rasakan sangat di butuhkan oleh setiap siswa  karena apa yang di pelajari  dirasakan langsung  manfaatnya.
Ketika memberikan pengalaman belajar yang di orientasikan pada pengalaman dan kemampuan  aplikatif yang bersifat  praktis, tidak di artikan pemberian  pengalaman teoritis  konseptual tidak penting sebab  dikuasainya  pengetahuan teoritis  secara baik oleh  para siswa  akan memfasilitasi  kemampuan aplikatif  lebih baik pula. Demikian juga halnya bagi guru, kemampuan melaksanakan  proses pembelajaran  melalui CTL yang baik di dasarkan  pada penguasaan  konsep apa, mengapa  dan bagaimana  CTL itu. Melalui pemahaman  konsep yang benar  dan mendalam terhadap CTL itu sendiri, akan membekali  kemampuan para  guru menerapkanya  secara lebih luas, tegas, dan penuh keyakinan, karena memang  telah di dasari  oleh kemampuan  konsep teori  yang kuat.
CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran  akademik dengan konteks  kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks  pribadi siswa lebih lanjut  melalui pemberian pengalaman segar  yang akan merangsang otak guna menjalin  hubungan  baru untuk menemukan makna yang baru) (Johnson,2002).
Ada tiga hal yang harus dipahami berkaitan dengan kontekstual, yaitu:
1)  Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajardalam konteks kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akantetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2)    Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yangdipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkaphubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangatpenting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakana secara fungsional, akan tetapi materi yangdipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3)    Kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinyakontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajanya, akantetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks kontekstual bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudiandilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari serta mendorong mereka untuk dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari asumsi dasar tersebut ada tiga hal yang harus dipahami menurut Wina Sanjaya,yaitu:
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada keterlibatan peserta didik untuk menemukan secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran,akan tetapi diharuskan mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajarinya dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajarnya di sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan mereka berada. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, maka materi itu akan bermakna (meaningful) secara fungsional serta tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah di lupakan. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. artinya materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata mereka di masyarakat.
 Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Elaine B. Johnson ( Riwayat,2008) mengidentifikasi delapan karakteristik contextual teaching and learning, yaitu:
a.     Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
b.    Doing significant work (melakukan pekerjaan penting).Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat
c.     Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri).Siswa mengatur pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang sifatnya nyata.
d.    Collaborating (kerja sama). Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e.     Critical and creative thingking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika.
f.     Nurturing the individual (memelihara individu). Siswa dapat memberi perhatian, harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
g.    Reaching high standars (mencapai standar yang tinggi).
h.    Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi dengan mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
Sedangkan menurut Sounders (1995:5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACH
a.     Relating (keterkaitan/relevansi)Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dengan konteks pengalaman dunia nyata seperti manfaat untuk bekerja dikemudian hari.
b.    Experiencing (pengalaman langsung). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventori, investigasi, penelitian dan sebagainya.seperti audio, video, membaca dan menelaah buku teks sangat bermanfaat.
c.     Applying (aplikasi). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan fakta konsep, prinsip dan prosedur.
d.    Cooperating (kerja sama). Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalampembelajaran kontekstual.
e.     Transferring (alih pengetahuan). Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.

a. Menemukan (inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan,telah lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan).tentu saja unsure menemukan dari kedua  pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan,intinya sama,yaitu model atau system pembelajaran  yang membantu siswa baik secara  indidvidu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pegalaman  masing-masing.
Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan  sendiri nilai kepuasan lebih tinggi di bandingkan dengan hasil pemberian. beranjak dari logika  yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dengan pendekatan pembelajaran.di mana hasil pembelajaran  merupakan hasil  dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih  tahan lama diingat  oleh siswa  bila dibandingkan  dengan sepenuhnya  merupan  pemberian dari  guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa  secara kreatif agar biasa menemukan  pengalaman belajarnya  sendiri, berimplikasi pada strategi yang di kembangkan  oleh guru.
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika murid dapat mengaitkan  isi dari mata pelajaran  akademik seperti pendidikan agama Kristen dengan pengalam mereka sendiri,mereka menemukan makna,dan makna member mereka  alan untuk belajar, mengaitkan pembelajaran  dengan kehidupan seseorang  membuat proses belajar  menjadi hidup  dan keterkaitan inilah  inti dari CTL. bab ini menjelaskan  dan member contoh jenis-jenis keterkaitan  yang paling sering di andalkan  oleh para pendidik agar pembelajaran  berisi makna yang khusus bagi murid. bab ini menyorot keterkaitan yang di buat oleh guru di ruang-ruang  kelas tradisional  dan juga metode yang semakin kompleks yang di gunakan oleh pendidik  untuk menghubungkan  isi dengan konteks,antara lain,pengaitan beberapa mata pelajaran,mata pelajaran terpadu,pembelajaran berbasis kerja, jalur karier, pembelajaran berbasis sekolah, dan kliah kerja nyata  bab ini menggambarkan  hubungan masing-masing di atas, memberikan banyak contoh,dan memberikan tuntunan  cara menggunakanya. pengaitan isi dengan konteks  berhasil karena pengaitan semacam ini merupakan  komponen dari CTL hubungan dari semua bagian  di sistem CTL yang member kekuatan kepada  system ini  sudah bertahun -tahun pengajaran di program untuk siswa cerdas  dan berbakat, menemukan bahwa menghubungkan  studi akademik dengan konteks  kehidupan siswa sehari-hari  yang di iringi dengan pengunaan  komponen lainya  dari CTL, efektif untuk pembelajaran  sampai pada kesimpulan  yang sama dengan  yang di suarakan oleh gerakan CTL selama 1980-an  tentang pengjaran dan pembelajaran efektif  perbandingan singkat dengan unsure-unsur CTL unsur -unsur yang di gunakan pada program  pengajaran bagi siswa  menggambarkan  bahwa kedua sistem tersebut sebenarnya sama.
Menunjukkan bahwa unsur-unsur CTL sebenarya sama dengan  unsur yang di gunakan  selama bertahun –tahun  dalam program untuk anak berbakat  kita tidak perlu terkejut   bahwa CTL dan TAG, walaupun terpisah, sama-sama telah membuka jalur  yang tepat untuk  semua anak. Dengan menerapkan komponen-komponen  yang ada di bab ini  secara bersama-sama,semua anak akan terbantu  untuk mencapai  standard pendidikan yang tingi.tampak jelas  sekalibahwa praktik  menghubungkanmuatan akademik  dengan konteks kehidupan sehari-hai memperoleh kekutan dari  hubunganya  dengan bagian-bagian  lain dari sistem CTL bagaimanapun, membangun hubungan itu sendiri  sangat penting untuk  menemukan makna.kekutan dari strategi tunggal ini  sebagian timbul  dari kesesuainya  dengan fungsi otak dan tiga prinsip  utama yang meliputi  semua sistem kehidupan, termasuk manusia  dan organisasinya.
b. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karateristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetehuan  yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. oleh karen itu,bertanya merupakan strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. seperti pada tahapan  sebelumnya, berkembangnya  kemampuan  dan kenginginan untuk bertanya, sangat di pengaruhi  oleh suasana pembelajaran  yang di kembangkan  oleh guru. Dalam implementasi  CTL, pertanyaan  yang di ajukan oleh guru  atau siswa  harus di jadikan alat  atau pendekatan  untuk memanggil  informasi  atau sumber belajar  yang ada kaitanya  dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah  membimbing siswa melalui  pertanyaan  yang di ajukan untuk  mencari dan menemukan  kaitan antara  konsep yang  di pelajari dalam kaitan  dengan kehidupan nyata.
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup akan mendorong proses  dan hasil  pembelajaran  yang lebih luas  dan mendalam, dan maupun akan banyak di temukan  unsure unsure terkait  yang sebelumnya tidak  terpikirkan  baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu,cukup beralasan  jika dengan pengembangan  bertanya produktivitas  pembelajaran akan lebih tinggi  karena dengan bertanya, maka:1) Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; 2) Mengecek pemahaman siswa;3) Membangkitkan respon siswa; 4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan  siswa; 5) Mengetahui  hal-hal yang di ketahui  siswa;7) Membangkitkan lebih banyak  lagi pertanyaan dari siswa; dan 8) Menyegarkan  kembali pengetahuan  yang telah  dimiliki siswa.
Questioning  atau bertanya adalah salah satu strategi pembentukan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning  (CTL). Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong peserta didik mengetahui sesuatu, mengarahkan peserta didik untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan peserta didik. sistem CTL adalah sebuah proses  pendidkan yang bertujuan  menolong para siswa melihat  makna di dalam materi  akademik yang mereka pelajari  dengancara menghubungkan  subjek-subjek akademik dengan konteks dlam kehidupan keseharian mereka,yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial,dan budaya mereka.untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berkut membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,melakukan pembelajaran yang di atur sendiri,melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu indifidu  untuk tumbuh  dan berkembang, mencapai standar  yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
                 Dalam pembelajaran kegiatan bertanya berguna untuk:
a.         Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik.  
b.         Mengecek pemahaman peserta didik
c.         Membangkitkan respon kepada peserta didik
d.        Mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik
e.         Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui peserta didik.
f.          Memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu yang dikehendaki.
g.         Untuk membangkitkan pertanyaan dari peserta didik.
h.         Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik. Pada semua aktivitas belajar bertanya dapat diterapkan antara peserta didik dengan  peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara guru dengan peserta didik, antara  peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga dapat ditemukan ketika peserta didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, dan ketika mengamati.
c.  Refleksi  (Reflection)
Refleksi adalah cara brpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu,siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi  dari pengetahuan sebelumnya. pada saat refleksi, siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be) refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. 
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula,yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan. Untuk kemudian dapat di jadikan sandaran  dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya  terjadi dan dimiliki ketika seseorang  siswa berada di dalam  kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari itu adalah  bagaimana membawa pengalaman belajar  tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat  ia di tuntut untuk menanggapi  dan memecahkan permasalahan  nyata yang akan di hadapi  sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan  pengetahuan, sikap, dan keterampilan  pada dunia nyata  yang di hadapinya  akan mudah  diaktualisasikan  manakala pengalaman belajar  itu telah  terinternalisasi  dalam setiap jiwa  siswa dan di sinilah  pentingnya  menerapkan unsur  refleksi  pada setiap kesempatan  pembelajaran.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa  dalam aktifitas  penting yang membantu  mereka mengaitkan  pelajaran akademis  dengan konteks kehidupan  nyata yang mereka  hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat  makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun  proyek atau menemukan  permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi  dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif  memilih, menyusun, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan  isi akademis  dengan konteks  dalam situasi kehidupan, dan dengan cara  ini mereka menemukan makna
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas,2003). Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang  guru pada akhir pembelajaran. penemuan makna adalah  cirri utama dari CTL di dalamkamus makna  diartikan sebagai  arti penting dari sesuatu  ada maksud  ketika di minta untuk mempelajari  sesutatu yang tak bermakna  para siswa  biasanya bertanya, mengapa kami harus mempelajari ini? Wajar sekali jika mereka  mencari makna, arti penting dan  maksud, serta manfaat dari tugas  sekolah yang mereka terima gerakan akar rumput  CTL menunjukkan bahwa CTL  yak berada di jantung  sistem pendidikan di setiap masyarakat. CTL menghilangkan pemisahan antara pembelajaran teoritis dan praktis.  CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui dan melakukan berpikir dan bertindak. sebagai suatu pendekatan  menyeluruh terhadap pendidikan, CTL cocok dengan  cara otak berfungsi, yang merupakan sistem  dari berbagai sistem. Bagian berikut secara singkat  akan memperkenalkan  kecocokan antara  CTL dan fungsi otak.
Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
a)      Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.
b)       Catatan atau jurnal di buku siswa.
c)       Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan
      3.  Defenisi Variabel Y (Peningkatan Minat  Belajar Siswa)
      Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif.sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas  dan kualitas. Kuantitas adalah  jumlah hasil dari  sebuah proses  atau dengan  tujuan peninkatan sedangkan kualitas  mengembangkan nilai dari  suatu objek karena  terjadinya   proses yang memiliki  tujuan berupa  peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan  juga di tandai dengan  tercapainya tujuan  pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu  usaha atau proses  telah sampai  pada titik tersebut  maka akan timbul  perasaan puas  dan bangga  atau pencapaian yang telah di diharapkan.
     Menurut slameto (2003:180) “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan” sedangkan menurut Djaali (2008:121)”minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,tampa ada menyeluru”. Sedangkan menurut Crow dan Crow (dalam djaali,2008:121) mngatakan bahwa “minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan oran,benda,kegiatan,pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat rasa ketertarikan,perhatian,kegiatan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal,tanpa ada dorongan
           Pengertian belajar Skinner (dalam Walgito,2010:184) memberikan definisi belajar “Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Sedangkan menurut Walgito (2010:185)”belaar merupakan perbahan perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behovior or performance)”. Menurut white ttekke (Djamara 2011:12) merumuskan bahwa belajar sebagai proses dimana tingkalaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau prngalaman”. Demikian juga menurut (Djamatra2011:13) “serangkaian jiwa laga untuk memperoleh untuk suatu perubahan tinggka laku sebagai hasil dari pengalaman indifidu dalam interaksi lingkungannya yang menyangkut kongnitif,afekti dan psikomotorik. Demikian juga menueut Hodija (2014:50) “belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi,keterampilan dan sikap yang baru melibatkan proses-proses internal yang menyebabkan perubahan perilaku dan silapnya bersikap permanen. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah  perubahan dalam diri pelajarannyyang berupa,pengetahuan,keterampilan dan dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya
  1. Defenisi minat
     Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keiginan lebih yang demikian seseorang terhadap suatu hal, tampa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan berkembangan pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkunganya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan memperoleh dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar. Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan emosional. Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu unuk memiliki rasa senang tampa ada persaa sehingga dapat menyebabkan perubahan,pengetahuan, keterampilan dan tinggkah laku.
b.   Defenisi Belajar
    Belajar adalah suatu proses  perubahan yaitu perubahan  tingkah laku sebagai hasil dari interaksi  dengan lingkunganya  dalam memenuhi kebutuhan hidupnya  atau  belajar  ialah suatu proses  usaha yang dilakukan  seorang anak  memperoleh  suatu perubahan  tingkah laku yang baru  secara keseluruhan, sebagai  hasil pengalamanya  sendiri dalam interaksi  dengan lingkunganya (slameto,1999:2)
Menurut Sardiman, AM, (2014: 23) “belajar adalah perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman”.Sejalan dengan itu, Iskandar (2012: 102) mengatakan “belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya”.Kurniawan (2014: 4) mengatakan “belajar itu sebagai proses aktif internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahn tingkah laku yang relatif permanen”.Sedangkan, menurut Djamarah (2011: 13) “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.
c. Defenisi Siswa
   Siswa adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen, maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah komponen yang terpenting di antara komponen lainnya. Pada dasarnya ia adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa, sesungguhnya tidak akan ada terjadi proses pembelajaran. Sebabnya ialah karena siswalah yang membutuhkan pengajaran bukan guru, guru hanyalah berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada siswa. Siswalah yang belajar, karena itu maka siswalah yang mebutuhkan bimbingan, tanpa adanya siswa, guru tidak mungkin mengajar. Sehingga siswa adalah komponen yang terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar.
4.   Landasan Variabel Y (Minat Belajar Siswa)
            Menurut Slameto (2003:57) siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut :
1)      Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus
2)      Ada rasa suka dan senag terhadap sesuatu yang diminatinya
3)      Memperoleh sesuatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang diminati.
4)      Lebih munyukai hal yang lebih menjadi minatnya dari pada hal yang lainnya.
5)      Dimani festasiakan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar di atas adalah memilih kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus-menerus, memperoleh kebanggan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.
            Dalam pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu tampa ada paksaan. Dalam minat belajar seseorang siswa yang memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar yang berbada-beda, menurut Syah (2001:132) yaitu:
1)      Faktor Internal
a.       Faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yaitu: a) aspek fisiologi kondisi jesmani dan tegangan otot (tonos) yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi  semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran
b.      Aspek psikologis, aspek psikogis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi,bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.
2)      Faktor Eksternal Siswa
            Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial
1)      Lingkungan sosial  social terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas
2)      Lingkungan nonsosial lingkungan social terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.
3)      Faktor Pendekatan Belajar
            Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menuju keefektifkan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu
                 Menurut Djamarah (2002:132) indikator minat belajar yaitu rasa suku, senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikannya kesadaran untuk belajar tampa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut Slameto (2010:180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senag, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat belajar tersebut diatas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minatnya yaitu :
a. Perasaan senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran. Seperti firma-Nya, bersukacitalah kamu di dalam tuhan senantiasa, dan lagi sekali aku mengatakan, bersukacitalah kamu, bapa sorgawi senang melihat putra-putrinya bersukacita. (Filipi 4:4)
b.     Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru. Dengan demi kian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlenkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim 3:16-17) Firman Alah menyempurnakan, mendewasakan, dan memperlengkapi kita supaya biasa menjadi hamba-Nya yang terdidik dan setia.
c.  Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.Rasul paulus mengingatkan timoteus:’usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah”(2 Tim 2:15)” berusaha, mempunyai makna“bertekun, bekerja keras, atau bergegas untuk mencurahkan seluruh tenaga.”oleh karena itu supaya kita bias mendidik diri sendiri dengan baik, kita harus sepenuh hati mempelajari firman Allah dengan penuh ketekunan.
d.  Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi.           

B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah sebuah pernyataan teoritis yang menunjukkan tentang  ada tidaknya nisbah teoritis antara Pengaruh pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK sebagai variabel X dengan Minat Siswa sebagai variabel Y.Sedangkan tujuan dari kerangka konseptual adalah kristalisasi dari teori-teori yang telah diuraikan terdahulu dalam kerangka teoritis. Hal ini dumaksudkan Untuk menguji dan membuktikan bagaimana Pengaruh pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK Terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa”,
1. Menemukan (inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua  pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pegalaman  masing-masing.
Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan  sendiri nilai kepuasan lebih tinggi di bandingkan dengan hasil pemberian. beranjak dari logika  yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dengan pendekatan pembelajaran. di mana hasil pemnelajaran  merupan hasil  dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih  tahan lama di ingat  oleh siswa  bila di bandingkan  dengan sepenuhnya  merupan  pemberian dari  guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bias menemukan pengalaman belajarnya  sendiri, berimplikasi pada strategi yang di kembangkan  oleh guru.
CTL adalah sebuah system yang menyeluruh. CTL terdiri  dari bagian-bagian yang saling terhubung. bagian- bagian  ini terjalin satu sama lain,maka akan di hasilkan  pengaruh yang melebihi  hasil yang di berikan  bagian bagianya  secara terpisah. Seperti halnya biola, cello, clarinet, dan alat music lain  di dalm sebuah orkestra  yang menghasilkan bunyi  yang berbeda-beda yang secara bersama-sama menghasilkan music, demikian juga bagian-bagian  CTL yang terpisah melibatkan  proses-proses yang berbeda, yang ketika di gunakan  secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna.setiap  bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan  dalm menolong siswa  memhami tugas  sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan  para siswa melihat makna  di dalamnya, dan mengingat  materi akademik.
CTL, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih dari pada sekedar menuntut para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek  akademik dengan konteks  keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalm mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa manusia sendiri memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk memengaruhi  dan membentuk  sederetan konteks  yang meliputi keluarga, kelas, klub, tempat kerja, masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal, hingga ekosistem.
2. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karateristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetehuan  yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh Karen itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL penerapan unsure bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran seperti pada tahapan  sebelumnya, berkembangnya kemampuan  dan kenginginan untuk bertanya, sangat di pengaruhi oleh suasana pembelajaran  yang di kembangkan  oleh guru. Dalam implementasi  CTL, pertanyaan  yang di ajukan oleh guru  atau siswa  harus di jadikan alat  atau pendekatan  untuk memanggil  informasi  atau sumber belajar  yang ada kaitanya  dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah  membimbing siswa melalui  pertanyaan  yang di ajukan untuk  mencari dan menemukan  kaitan antara  konsep yang  di pelajari dalam kaitan  dengan kehidupan nyata.
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup akan mendorong proses  dan hasil  pembelajaran  yang lebih luas  dan mendalam, dan maupun  akan banyak di temukan  unsure- unsur terkait  yang sebelumnya tidak  terpikirkan  baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu,cukup beralasan jika dengan pengembangan  bertanya produktivitas  pembelajaran akan lebih tinggi  karena dengan bertanya,maka:1) Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; 2) Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan  respon siswa; 4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan  siswa; 5) Mengetahui  hal-hal yang di ketahui  siswa; 7) Membangkitkan lebih banyak  lagi pertanyaan dari siswa; dan 8) Menyegarkan  kembali pengetahuan  yang telah  dimiliki siswa.
3. Refleksi  (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.pada saat refleksi, siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be) refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini  merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. 
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan. Untuk kemudian dapat di jadikan  san daran  dalam menanggapi  terhadap gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya  terjadi dan dimiliki ketika seseorang  siswa berada di dalam  kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari itu adalah  bagaimana membawa pengalaman belajar  tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat  ia di tuntut untuk menanggapi  dan memecahkan permasalahan  nyata yang akan di hadapi  sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan  pengetahuan, sikap, dan leterampilan  pada dunia nyata  yang di hadapinya  akan mudah  diaktualisasikan  manakala pengalaman belajar  itu telah  terinternalisasi  dalam setiap jiwa  siswa dan di sinilah  pentingnya  menerapkan unsure  refleksi  pada setiap kesempatan  pembelajaran.

C .  Model Teoritis
Untuk mengetahui gambaran model teoritis secara sistematis dalam rangka analisis data mengenaiPengaruh Pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK Terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa” dapat digambarkan sebagai berikut:
Minat Siswa
1.Perasaan Senang
2. Keterlibatan Siswa
3.Ketertarikan
4. Perhatian Siswa
Pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK
1.  Menemukan (inquiry)
2.  Bertanya (Questioning)
3.  Refleksi (Reflection)
Variabel Bebas (X)                                                     Variabel terikat (Y)
      
 







D.    Rumusan Hipotesa
Hipotesa berasal dari dua kata yaitu hypo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.Trelease (1960) mendefiniskan hipotesis sebagai “suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good dan Scates (1945) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.
                        Berdasarkan kerangka Teoritis dan kerangka konseptual yang telah di uraikan, maka sebagai rumusan hipotesis dalam penelitian ini:
a)         Hipotesa Umum
Pembelajaran Contextual Teaching Learning Guru PAK secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Pematangsiantar.
b)        Hipotesa Khusus
1)             Pembelajaran contextual teaching learning guru PAK melalui inquiry (Menemukan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 pematangsiantar
2)             Pembelajaran contextual teaching learning guru PAK melalui Questioning (Bertanya) Mempunyai pengaruh yang signifikan  terhadap peningkatan minat  belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Pematangsiantar.
3)             Pembelajaran contextual teaching learning guru PAK melalui Reflection (Refleksi) mempunyai pengaruh yang signifikan  terhadap peningkatan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6  Pematangsiantar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar