Kamis, 19 September 2019

TUGAS AKHIR SKRIPSI HOTMAULI NABABAN


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Kasih KaruniaNya yang menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini, baik dari isi maupun bentuknya. Adapaun judul skripsi ini adalah Hubungan Keterampilan Pengelolaan Kelas Pada Pelajaran PAK Dengan Perkembangan Minat Belajar Siswa (kasus Kelas VIII SMP 6  Pematangsiantar). Penulisan skripsi ini adalah persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Medan Program Studi Ilmu Pendidikan / Pendidikan Agama Kristen pada jenjang Starata Satu ( S1 ).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan bukanlah mustahil didalamnya terdapat banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan, baik dari segi tekniknis maupun penyusunannya, terutama dari segi ilmiahnya. Tapi berkat bimbingannya dan arahan Ibu Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu serta dorongan dari pihak-pihak lain, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak antara lain :
11.    Bapak Haposan Sialagan, S.H.M.H selaku Rektor dan Bapak Dr. Hilman Pardede, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penulis mengikuti perkulihan dalam program studi Ilmu Pendidikan/Pendidikan Agama Kristen
   2.  Bapak  Gr. Bangun Munte, S.Pd.. M. PAK selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan waktu dan kesempatan membimbing, mengoreksi, mengarahkan dan memberi perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Ibu  Pdt. Dr. Nurliani Siregar, M. Pd.  selaku Pembimbing kedua yang selalu memberikan banyak perhatian, motivasi, pertunjuk-petunjuk, bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
33. Seluruh Dosen Prodi PAK antara lain : Ibu Pdt.Dr.Nurliani Siregar,M.Pd selaku ketua Prodi PAK, Bapak Drs. Janwar Tambunan, M.Pd, Bapak Gr. Bangun Munte, S.Pd,MM, Bapak Pdt. Sunggul Pasaribu, S.Th,M.PAK, Bapak Pdt. Darman Samosir, M.Th, Bapak Pdt. Peniel Sirait, S.Th, Ibu Pdt.Jojor Silalahi,M.Th, Ibu Pdt. Paulina Sirait, M,Si.Teol.
34.    Seluruh staf dan pegawai di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan.
55. Pimpinan SMP Negeri 6 Pematangsiantar dan guru Pamong Ibu SriYani Aritonang S.Pd serta siswa/I  yang telah membantu penulis dalam pengisian angket.
66.  Teristimewa kepada wanita terhebat yang paling kucinta, Mamakku Mediana Tamba terimakasih telah bersusah payah menjadi orangtua tunggal yang mengasuh, mendidik terutama memberikan dukungan moral maupun material yang tidak terhitung nilainya kepada penulis dalam mencapai gelar Sarjana.
77.  Untuk Abang ku Jokas Peterson Nababan dan Abang Dicky Zulkarnain Nababan ,yang sungguh luar biasa pengorbanannya untuk membantu menyekolahkanku, terimakasih untuk semua perhatian, perbuatan, nasihat, motivasi yang sudah diberikan padaku.
88.  Juga adik saya Hotventalia Nababan , yang selalu memberi semangat kepada penulis selama mengikuti Pendidikan,  yang selalu punya cara untuk menghibur di kala kepenatan dalam penulisan skripsi datang menghampiri.
99.   Kepada Bapakku P . Nababan  kuucapkan terimakasih untuk kisah hidup yang telah mengajarkanku menjadi anak yang mandiri dan kuat menjalani kehidupan yang sangat sulit ini,tanpamu.
110.  Untuk Bapak Partohap  Nababan S.Th untuk semua motivasi yang sudah diberikan kepada penulis sehingga menambah semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
111.  Untuk seluruh Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa kepadaku,terkhusus Opungku Ondi Nababan yang selalu memberi nasihat sehingga bisa menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu.
112.  Kepada kawan-kawan dekatku di “cewek- cewek girls Novitasari Sidabutar, Ciska Siburian, Frida Yanti Panjaitan  . Terimakasih untuk semua kisah yang sudah kita jalin selama 4 tahun ini. Aku sayang kalian.
113.   Kepada teman terdekat yang spesial Syamsuddin Sitompul, terimakasih telah menjadi sosok teman ataupun saudara yang  selalu memberi perhatian, semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih sudah menyayangiku.
114.  Teman-teman seperjuangan saya Mahasiswa/I khususnya Prodi PAK Stambuk 2015, yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kerelaan memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Doa dan harapan penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi peningkatan pendidikan umumnya, dan Pendidikan Agama Kristen secara khusus.

Pematangsiantar,  September 2019
                                                                
Hotmauli Nababan
NPM : 15160020



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan merupakan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan, pengetahuan, pengetahun, dan etika. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia.
            Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif-terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional dan bertanggung jawab dan produktif,serta sehat jasmani dan rohani (E. Mulyasa, 2008:34).
            Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 (1993:1) adalah : “ Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
            Sejalan dengan tujuan nasional tersebut di atas, maka pelaksanaan pendidikan bersifat terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan dasar,sehingga memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Lingkungan sekolah merupakan sub system pendidikan yang biasa tersebut lembaga sekolah. Lembaga sekolah merupakan wahana untuk mengalokasikan individu ke dalam status atau posisi-posisi yang ada dalam masyarakat,sesuai dengan bakat kemampuan dan cirri-ciri kepribadian. Sekolah merupakan pula alat untuk memproses anak didik administrative dan teknis, sehingga menjadi output yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan juga mengingat sekolah sebagai salah satu untuk belajar,sehingga sekolah dapat dikatakan merupakan wahana permainan bermacam-macam pelajaran yang harus diikuti para siswa untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai.
            Hasil nyata keberhasilan siswa terlihat di sekolah dalam wujud prestasi atau nilai raport. Tingkat keberhasilan siswa dipengaruhi oleh factor intern dan factor ekstren dari individu. Factor intern meliputi sikap, motivasi, kesehatan, bakat dan minat, sedangkan factor eksten, antara lain kondisi sosial, lingkungan, belajar, suasana rumah dan fasilitas belajar (Qemar Hamalik, 2007:12).
           




Guru merupakan suatu profesi karena dalam menjalankan tugasnya didukung oleh penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan, integritas dan komitmen moral yang tinggi. Sebagai suatu profesi, maka guru dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal merencanakan program belajar mengajar dan menguasai bahan pengajaran. Banyak factor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh lingkungan tempat tinggal siswa, peran orang tua siswa, fasilitas belajar siswa, kreativitas siswa, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok di atas, ada factor lain yang ikut mempengaruhi motivasi belajar, yaitu kemampuan mengajar guru itu sendiri. Kemampuan mengajar guru adalah factor yang sangat berpeengaruhi terhadap keberhasilan seorang guru dalam proses belajar mengejar. Dengan demikian, guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, guru dituntut untuk menampilkan kemampuan mengajar yang ideal dalam Proses Belajar Mengajar. Surya (1996: 67) mengemukakan guru sebagai motivator belajar bagi siswanya, harus mampu untuk (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara kongkrit kepada  siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran, (3) memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai kemudian hari, (4) membuat regulasi (aturan) perilaku siswa. Guru sebagai fasilitator dalam  proses belajar mengajar yang bertugas menciptakan  situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Guru terampil sebaiknya melakukan berbagai upaya untuk peningkatan prestasi belajar siswa, hal tersebut merupakan tanggungjawab guru dalam memperoleh kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan hal di atas seorang guru dituntut untuk mengetahui dan melaksanakan keterampilan dasar yang menjadi patokan dalam melaksanakan tugasnya (bnd. Amsal 7:1-2).
            Seorang pendidik senantiasa membimbing anak didik nya ke arah yang baik (Bnd. 1 Kor 3:9), guru PAK harus berupaya membina dan mengarahkan anak kepada perubahan hasil supaya berubah yang kearah yang lebih baik, dengan demikian tujuan PAK adalah untuk meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan kelakuan sesuai dengan nilai-nilai iman Kristen serta hidup sebagai orang Kristen yang memiliki buah-buah roh (Gal 5:22-23).
            Dalam proses belajar mengajar, guru sebanyak mungkin mempergunakan waktunya untuk memotivasi siswa-siswanya. Siswa-siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar. Motivasi untuk berprestasi bagi siswa yang diciptakan oleh guru merupakan motivasi yang bersifat ekstren, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri siswa. Oleh karena itu, seorang guru perlu memahami dan mengetahui akan keterampilan dasar di dalam mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
            Namun, di dalam penelitian ini hanya dibahas tentang keterampilan dasar guru yakni mengelola kelas. Penguasaan kelas adalah keterampilan bertindak guru yang didasarkan kepada pengertian tentang sifat-sifat dan kekuatan yang mendorong kepada pengertian tentang sifat-sifat kelas dan kekuatan meereka bertindak (Made Piaria). Seorang guru harus menguasai kelas secara baik, karena tidak jarang para guru menemukan kelas yang secara sengaja membuat keributan karena kelas tersebut dari awal tidak ada pngelolaannya, kelas yang ribut maka pelajarannya tidak bisa dilanjutkan karena siswa tidak siap menerima pelajaran.
            Menurut Baharuddin (2007:32) masalah yang dihadapi oleh guru sehubungan perilaku murid saat menerima pelajaran:
a)      Murid cepat bosan dan tidak konsentrasi
b)      Lambat dalam menerima pelajaran dan cepat lupa
c)      Tidak konsentrasi terhadap pelajaran atau linglung
d)     Tidak aktif di kelas
e)      Minimnya motivasi
f)       Melalaikan tugas sekolah
g)      Jenuh dan tidak semangat
h)      Hasil ujian kurang memuaskan dan sering tidak naik kelas
            Permasalahan di atas yang menjadi solusi menurut Baharuddin (2007:34) adalah sebagai berikut:
a)      Seorang guru haruslah memiliki kecakapan di dalam kelas dengan menciptakan suasana yang kondusif
b)      Apabila permasalahan semakin kompleks, seorang guru hendaknya menentukan jenis persoalan, apakah persoalan tersebut termasuk persoalan pendidikan atau psikologis, sebab tiap-tiap persoalan membutuhkan metode penyelesaian tersendiri
c)      Mengubah metode mengajar
d)     Mengubah sarana pendidikan
e)      Menggunakan motivasi yang bervariasi
f)       Mengubah kegiatan pendidikan
g)      Menggunakan kecakapan yang penuh di praktikan dan cocok untuk materi baru
            Dari pengamatan penulis di salah satu sekolah Negeri kota Pematangsiantar, terdapat beberapa guru yang belum mampu menguasai kelasnya ketika guru tersebut mengajar di kelas. Siswa ribut di dalam kelas, malas mengerjakan tugas-tugas sekolah, siswa yang jenuh di dalam mata pelajaran, suka tidur di kelas, suka berkelahi di kelas. Disitulah guru nya belum mampu menguasai kelasnya. Seperti yang kita ketahui dan kita kenal sehari-hari guru merupakan orang yang harus di gugu dan ditiru, dalam arti yang memiliki charisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan teladani, jadi guru tersebut harus mampu menguasai kelas menciptakan kelas yang menyenangkan supaya siswa tersebut tidak merasa bosan dalam mengajar, ketika guru tidak menciptakan suasana kelasnya maka guru gagal didalam mengajar.
            Melalui penjelasan di atas, dan bila dan dibandingkan dengan keadaan di lapangan, sangat disesalkan masih banyak guru-guru yang belum mampu menerapkan keterampilan dasarnya khususnya dalam mengelola kelas untuk memotivasi belajar siswa. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahasa penelitian ini tentang: Pengaruh Efektivitas Keterampilan Mengelola Kelas terhadap Motivasi belajar pada bidang study Pendidikan Agama Kristen, di mana yang akan menjadi tempat penelitian ini nantinya adalah SMP Negeri 6 Pematangsiantar.

B.     Ruang Lingkup Masalah
            Beriontasi pada latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan ruang lingkup masalah merupakan titik tolak di dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:” Hubungan Keterampilan Pengelolaan Kelas Pada Pelajaran Pendidikan Agama Kristen  Dengan Perkembangan Minat Belajar Siswa .
1.    Keterampilan Mengelola kelas Pada Pelajaran PAK  (Variabel X)
          Belajar mengajar adalah sutu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan peengajaranya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Asmadawati (2014) “ pengelolaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan afektif dan efisien.”
            Menurut Ahmad (2005:2), keterampilan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
a)      Kondisi fisik
            Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menggantungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
b)      Pengaturan tempat duduk
            Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar.
c)      Ventilasi dan pengaturan cahaya
            Ventilasi harus cukup menjamin  kesehatan peserta didik, jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang mencakup mengandung O2 peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, bukan buku bacaan dan sebagainya.

2.    Minat belajar siswa  (Y)
            Menurut Slameto (2010:181) “ Apabila seseorang berminat terhadap sesuatu, dia akan memberi perhatian terhadap hal yang diminatinya itu. Seorang siswa yang berminat belajar akan memberikan perhatian yang serius apabila ada.”
            Menurut Slameto (2010:181) beberapa indicator minat belajar siswa yaitu: adanya perasaann senang,  memiliki ketetarikan, mampu  menerima, dan adanya keterlibatan siswa.
a)      Keinginan
         Menurut poerwadani (1996:3332) seseorang yang mempunyai terhadap sesuatu dia  akan mempunyai keinginan yang besar untuk belajar. Dia belajar karena keinginan atau kemauannya sendiri bukan karena paksaan atau suruhan oranglain. Dia berkeinginannya untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan mengulang kembali pelajaranya.
b)      Motivasi
            Menurut Sardiman (2003:73) orang yang mempunyai minat terhadap sesuatu pasti mempunyai motivasi untuk melakukan hal- hal yang diminat akan lebih serius mengikuti pelajaran tersebut.
c)      Percaya diri
            Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakni atau kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis.

Masalah dalam BAB I
          Dapat menyenangkan, capek, senang dalam mengajari siswa dan dapat memuaskan Hasil yang telah saya berikan

C.  Rumusan Masalah
            Berdasarkan pada uraian ruang lingkup di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1)    Rumusan Masalah Umum
Sejauhmana Hubungan Pengelolaan Kelas Pada Pelajaran PAK Perkembangan Minat Belajar Siswa  di SMP  Negeri 6 Pematangsiantar?
2)    Rumusan Masala Khusus
a)      Sejauhmana hubungan keterampilan mengelola kelas Pada Pelajaran PAK (kondisi fisik) dengan minat belajar siswa ?
b)      Sejauhmana hubungan keterampilan mengelola kelas  Pada Pelajaran PAK (pengaturan tempat duduk) dengan minat belajar siswa ?
c)      Sejauhmana hubungan keterampilan mengelola kelas Pada Pelajaran PAK (ventilasi dan pengaturan daya) dengan minat belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah ;
a.     Tujuan Umum
          Untuk mengetahui hubungan pengelolaan  kelas pada pelajaran pendidikan agama kristen dengan Perkembangan minat belajar siswa .
b.    Tujuan khusus
a)      Untuk mengetahui hubungan keterampilan mengelola kelas pada pelajaran agama Kristen  (kondisi fisik) dengan minat belajar siswa .
b)      Untuk mengetahui hubungan keterampilan mengelola kelas pada pelajaran PAK  (pengaturan tempat duduk) dengan minat belajar siswa  .
c)      Untuk mengetahui hubungan keterampilan mengelola kelas  pada pelajaran PAK (ventilasi dan pengaturan daya) dengan minat belajar siswa .
c.     Manfaat Penelitian
          Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
a)      Menambahkan wawasan dalam mengetahui hubungan pengelolaan kelas pada pelajaran pendidikan agama kristen  dengan perkembangan minat belajar siswa  .
b)      Bagi sekolah SMP Negeri 6 Pematangsiantar Bahan masukan dalam memperhatikan dan membina minat belajar siswa.
c)      Bagi teman sejawat: Bahan masukan bagi profesi guru PAK di dalam mengembangkan prestasi belajar siswa dan mampu mengelola kelas.
d)     Bagi Fakultas : Memberikan kelengkapan dan tambahan bahan baca di perpustakaan UHN FKIP Pematangsiantar.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.   Kerangka Teoritis
            Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atas dengan kata lain mendeskrpsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan. Dalam kerangka teoritis ini akan dapat dibahas beberapa aspek yang berhubungan dengan masalah penelitian, adapun aspek yang akan dibahas adalah:
1.         Definisi Variabel X ( Hubungan Pengelolaan Kelas)
a.      Definisi Hubungan
          Hubungan adalah suatu ketertarikan antara yang satu dengan yang lain dalam menunjang sutau tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu ( Djaali, 2008:12). Hubungan yang dimaksud di dalam tulisan ini adalah antar pengelolaan kelas dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen
b. Definisi  Mengelola kelas
          Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan (Suharsimi Arikunto, 1992:67-68).
          Pengelolaan kelas adalah suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya  proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas ini meliputi pembinaan nilai rapor, pemberhentian tingkah laku yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas tugas siwa secara tepat waktu, maupun penetapan norma kelompok yang produktif.
          Dalam pengelolaan kelas mencakup pengaturan orang ( dalam hal ini siswa) maupun fasilitas yang ada pada kelas tersebut. Dalam pengelolaan kelas, guru dituntut untuk mengadakan pendekatan pada peserta didik dengan didasari rasa tulus, menerima dan menghargai siswa yang apa adanya serta mengerti dari sudut pandang siswa. Di samping itu guru dituntut mampu menggunakan fasilitas yang dimiliki kelas tersebut sebesar-besarnya untuk membelajarkan siswa.
          Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapa pun juga menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolan kelas dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan kelas itu sendiri akar katanya adalah “ kelola”, ditambah awal ”pe” dan kelahiran “an”.  Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti,  yang berarti ketatalaksanaa, tata pimpinan, pengelolaan. Secara umum Suharsimi mengatakan bahwa manajemen atau pengeloaan kelas adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. ( Djamarah, 2006:175). Sedangkan kelas menurut Qemar Hamalik (1987:31), adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. ( Djamarah, 2006:175).
          Sedangkan kelas menurut Oemar hamalik (1987:311), adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini meninjaunya dari segi anak didik, karena dalam pengertian tersebut fraase kelompok orang. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang juga mengemukakan pengertian kelas segi anak didik. Hanya pendapatnya lebih mendalam. Menurut Suharsimi Arikunto (1988:17) di dalam didaktif terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dengan batasan pengertian seperti tersebut, maka ada tiga persyaratan untuk dapat terjadinya.
          Pertama : sekelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima pelajaran, tetapi jika bukan pelajaran yang sama dari guru yang sama, namanya bukan kelas.
          Kedua : sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi dari guru yang berbeda, namanya juga bukan kelas.
          Ketiga : sekelompok anak yang sama, menerima pelajaran tersebut diberikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas.
          Hadari Nanawi memangdang kelas dari dua sudut, yaitu:
a)      Kelas dalam arti  sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjukan pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b)      Kelas dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
            Hadari Nanawi (dalam ana Rosilawati, 2008:128) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan- kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Menurut Sardiman N, dkk (dalam Djamarah, 2006:177), pengelolaaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
            Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunkan potensi kelas yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
            Pengelolan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut weber ( 1997:72) diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otorite (autorityapproach), pendekatan permitif (permissive approach) dan pendekatan moditifikasi tingkah laku. Berikut dijelaskan pengertian masing-masing pendekatan tersebut.
          Pertama : berdasarkan pendekatan otoriter ( authority approach) pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat.
          Kedua : pendekatan permitif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah  bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
          Ketiga : pendekatan moditifikasi tingkah laku. Pendekatan ini berdasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku, jadi pengelolaan kelas merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
          Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tetapi memiliki fungsi yang sama. Pengelolaan penekanannya pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran. Sementara pembelajaran (instruction) penekanannya pada aspek mengelola atau proses materi pembelajaran. Dan keduanya mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.
          Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru  mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan menurut Weber ( 1997:15-16), antara lain.
1)      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat previntif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukan sikap tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan.
2)      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan merespon dari guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respons yang sesuai, guru telah menggunkan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.
          Dalam usaha mengelola kelas secara efektif  ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru menurut Budiningsih (2005:17), yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2). Kesenyapan (fadeaway) (3). Ketidaktepatan melalui dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4) penyimpangan (digression) (5). Bertele-tele (overdwelling).

c. Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
          Pengelolaan kelas bukanlah yang berdiri sendiri, tetapi terkaitan dengan berbagai factor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik secara berkelompok maupun individual.
a)        Pendekatan kekuasaan
        Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya
b) Pendekatan ancaman
        Dari pendekatan ancaman atau intimiditasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingka laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.


c) Pendekatan kebebasan
        Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d) Pendekatan resep
        Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e. Pendekatan pengajaran
        Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam  suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan munculnya masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.


f.       Pendekatan perubahan tingkah laku.
           Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku peserta didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan tingkah laku yang baik dan positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
g.      Pendekatan Sosio- Emisional
           Untuk terciptanya hubungan guru dengan peserta didik yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi dari guru terhadap peserta didik sangat diperlukan. Sedangkan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara peserta didik, maka setiap peserta didik perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya untuk  saling memahami, menghargai, dan saling bekerja sama antar peserta didik.
h.      Pendekatan kerja kelompok
           Kelompok belajar membutuhkan keterampilan guru untuk menerapkan strategi dalam penciptaan kelompok belajar yang produktif dan efektif. Selain itu, guru perlu mengembangkan kondisi kelompok belajar yang tetap kondusif dalam mengikuti setiap proses belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.
2.    Landasan Variabel X ( Pengelolaan kelas)
a.      Pengelolaan Kelas
         Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. “ Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggarakan system pembelakjaran yang mendasarkan, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara afektif.
                 Indikator Komponen kerampilan mengelola kelas yaitu :
a)      Kondisi fisik
            Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh postif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
            Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi:
1)      Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
         Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua gerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling menggangu antara peserta didik yang satu dengan lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain:
a)      Jenis kegiatan apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah keja di ruangan pratikum.
b)      Jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal akan berbeda dengan kegiatan dalam kelompok kecil. Kegiatan klasikal secara relative membutuhkan ruangan rata-rata yang lebih kecil per orang bila dibandingkan dengan kebutuhan ruangan untuk kegiatan kelompok.
         Jika  ruangan tersebut mempergunakan hiasan pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara tidak langsung mempunyai “daya sembuh bagi pelanggar disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah, peraturan yang berlaku dan sebagainya.
         Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhalian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
         Langkah-Iangkah praktis yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut:
a)      Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat. Harus ada bukti bahwa keprihatinan guru tidak hanya terhadap kebersihan kelas akan tetapi juga untuk kesehatan semua siswanya.
b)      Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan, ahli pendidikan seperti John Dewey merumuskan agar ruangan kelas itu sedapat mungkin seluas rumah, sehingga siswa dapat berkembang semaksimal mungkin.
c)      Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan. Dinding kelas harus dibuat hidup dengan proses kerja yang dilakukan oleh siswa, dan dengan koleksi benda-benda yang menarik dari daerah sekitarnya. Guru harus selalu ingat bahwa setiap benda yang ada dalam kelas itu menyampaikan pesan dan dapat menjadi butir fokal kegiatan belajar.
d)     Guru membagi dan membuat tanggung jawab latar belakang fisik itu menjadi milik siswa yang ada di kelas tersebut, dan tidak hanya milik guru. Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata pameran, dekorasi dan sebagainya.
e)      Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila mengorganisasi lingkungan fisik kelas. Penataan dan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa, dan juga harus sering diubah. Setiap gambar dan dekorasi harus mempunyai maksud tujuan tertentu. Oleh karena itu gambar dan dekorasi harus diganti apabila tujuan telah tercapai. Lingkungan fisik kelas harus menyampaikan pesan kepada siswa yang ada di dalam kelas dan harus menyajikan fenomena yang dinamis.
f)       Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan. Sebagai tambahan pada semua hal tersebut di atas, peredaran udara dan cahaya yang memadai sangat diperlukan. Bila sinar matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis atau wajah siswa, atau hila ada tetesan air pada musim hujan guru harus berusaha sedapat mungkin supaya semuanya itu tidak mengganggu. Guru harus menyadari adanya hubungan yang erat antara lingkungan fisik kelas, iklim emosional kelas dan moral seluruh siswa.
b) Pengaturan tempat duduk
            Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar. Bebarapa pengaturan tempat duduk dapat :
1)      Berbaris berjajar
2)      Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang.
3)      Setengah lingkarangan seperti teater di mana di samping guru bisa langsung bertatap muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberi bantuan kepada peserta didik
4)      Berbentuk lingkaran.
5)      Individual yang biasanya terlihat di ruang baca, di perpustkaan, atau di ruang praktek laboratorium.
6)      Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat duduk yang diatur.
            Dengan sendirinya penataranya tempat duduk ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.Pengaturan tempat duduk paling populer di kebanyakan kelas adalah siswa secara berderet menghadap ke papan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa. Yang tinggi duduk di belakang yang pendek di depan. Pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau jika banyak yang membuat gaduh, siswa tersebut duduk di deretan paling depan tanpa menghiraukan tinggi badannya.
            Pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran formal. Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang dan yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua siswa dan guru mengambil posisi tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian papan tersebut mudah dicapai guru dan dapat dilihat oleh semua siswa. Jenis pengaturan tempat duduk seperti ini juga memudahkan bergerak antara deretan dan pengumpulan serta pembagian buku dan bahan lain.
            Bila digambarkan maka tipe pengaturan tempat duduk tradisional seperti tersebut di atas seperti yang dikemukakan Noorhadi 1985:45 adalah sebagai berikut:
            Pengaturan Tempat Duduk pada Umumnya
Jenis pengaturan tempat duduk seperti dijelaskan di atas kadang-kadang mengurangi kemampuan belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempuryai otoritas mutlak dan memberikan pengaruh langsung yang besar kepada siswa akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung. Tidak ada kelompok kerja yang dapat dilakukan. Komunikasi antara siswa sangat terbatas.
            Tipe atau pola pengaturan tempat duduk yang kedua adalah: Pola pengaturan tempat duduk yang berkelompok. Pola ini mengatur tempat duduk secara berkelompok. Siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya secara tak terbatas. Pola ini lebih mudah bagi siswa untuk bekerja sama dan menolong satu sama lain sebagai teman sebaya.
            Kepemimpinan dan kerja sama merupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas, sebagai akibat dari pola tempat duduk ini. Bila anak perlu mengerjakan tugas kelompok atau memecahkan masalah secara bersama-sama, guru diserahkan memakai pola susunan tempat duduk berkelompok. Tempat duduk dengan pola berkelompok ini adalah sebagai berikut:
            Tempat Duduk dengan Pola Berkelompok. Pada pola ini guru sebaiknya membatasi besarnya tiap kelompok agar tidak lebih dari enam anak. Pembatasan ini dapat mencegah adanya siswa yang bersembunyi di belakang teman-teman lainnya dan tidak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok. Kadang-kadang guru harus memutuskan sendiri susunan kelompok siapa-siapa yang menjadi anggotanya tetapi pada saat lain siswa juga perlu diberi kesempatan memutuskan sendiri menjadi anggota kelompok yang sesuai dengan pilihannya.
            Setiap kelompok harus ada pemimpinnya, namun sebaiknya kepemimpinan dilakukan secara bergilir, sehingga setiap siswa sekurang-kurangnya memperoleh kesempatan untuk memimpin.
            Dalam situasi ini, otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Dia hanya memberi bimbingan kepada siswa. Pola pengaturan tempat duduk yang ketiga adalah pola pengaturan tempat duduk formasi tapal kuda. Pada pola ini; posisi guru berada di tengah-tengah siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak diterapkan diskusi antara siswa dengan guru seperti ini menggaris bawahi otoritas guru dan sekaligus juga memisahkan guru dari kelompok. Namun kelompok tetap dalam pengawasan guru bagaikan sinar yang memanear ke setiap anggota kelompok yang duduk dalam formasi ini.
            Hal ini juga memudahkan waktu pengaturan berkonsultasi dan berkomunikasi. Demikian pula banyak membuang waktu jika pengaturan seperti ini diubah menjadi pola berkelompok. Atau formasi kelompok keeil. Begitu juga sebaliknya, lebih-Iebih bila kelompok itu harus berkumpul untuk menyajikan laporan kelompoknya.
            Pengaturan Tempat Duduk dengan Formasi Tapal Kuda.  Pola pengaturan keempat adalah pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi. Pengaturan semacam ini juga baik untuk mangajar yang disajikan dengan diskusi. Bentuk formasinya bisa bulat atau bisa persegi. Berbeda dengan pola tapal kuda, otoritas guru sama sekali tidak terpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali. Hakikatnya, dalam pengaturan seperti ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang harus direkam atau didengarkan maka bentuk ini adalah yang paling baik. Seandainya ada satu obyek yang harus diragakan atau dalam pengajaran olahraga, seni tari pada saat guru memberi contoh gerakan-gerakan yang diajarkan, maka guru berada di tengah-tengah, sehingga mudah dilihat dan diberi komentar oleh samua siswa. Selama kegiatan kelas tertentu, baik sekali untuk tidak membatasi siswa dengan tipe pengaturan tempat duduk yang khusus. Siswa diperbolehkan dengan siswa siapa saja yang ia pilih dimanapun untuk belajar dengan baik. Di sini perlu ditekankan bahwa guru harus dapat melihat apa yang terjadi di berbagai lokasi tempat duduk berada. Pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi dapat digambarkan seperti berikut ini.
            Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan belajar dengan tenang.
            Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada beberapa bentuk formaasi tepat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka informasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang.
            Di dalam Alkitab Amsal pasal 1-9 menjelaskan secara retorika bahwa peranan seorang pendidik adalah fasilitator. Pendidik menciptakan suasana yang kondusif dan melaksanakan strategi pendidikan yang persuasive dengan menggunakan metode-metode pengajaran yang sangat dideskriftif serta memberikan umpan balik. Peserta didik diharapkan dapat berpartisipasi aktif dan diberikan kebebasan untuk memilih dan memutuskan.
            Keteladanan Yesus sebagai guru agung dapat menjadi panutan bagi pendidik yang berperan sebagai fasilitator. Di mana Dia mendidik melalui pengajaran verbal, ceramah, berkhotbah, cerita, perumpamaan atau ilustrasi, pertanyaaan, penugasan dan perbuatan nyata (bnd. Yoh. 1:1-3,14,15,18) demikianlah seorang pndidik dalam melaksanakan perananya di dalam pendidikan.

c) Ventilasi dan pengaturan cahaya
            Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidakn menyilaukan.
a)      Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas.
b)      Sebaiknya tidak merokok.
c)      Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
d)     Cahaya yang masuk harus cukup .
e)      Masuknya kea rah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.
            Akhirrnya, untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi siswa dalam belajar, hal- hal berikut kiranya dapat dijadikan pegangan yaitu:
a)      Mengatur tempat duduk siswa yang harus mencerminkan belajar yang efektif. Bangku disediakan yang memungkinkan dipindah-pindah atau diubah tempatnya
b)      Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadikan siswa bergairah belajar.
c)      Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu/ ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah siswa menerima pelajaran.
            Landasan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu Undang-Undang  No. 20  Tahun 2003 tentang system Pendidikan  Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional  Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengenbangan diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan dan Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah dan di luar sekolah ( Mulyasa, 2004:67).
            Seorang pendidik terpanggil untuk memperlengkapi anak didiknya tentang era globalisasi yang semakin melanda ke pelosok dunia, tentunya guru PAK memberikan wawasan-wawasan yang berguna dalam mendorong anak didik mengahadapi tantangan zaman yang cenderung diwarnai oleh penyimpangan dan ke normalan
            Sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen, harus senantiasa menolong orang yang bermasalah agar keluar dari pergumulannya. Sebagaimana Allah menyelamatkan umat manusia melalui Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan Eduard Therneysen ( dalam Abineno, 2000:22) yang mengatakan “ bahwa bentuk pelayanan pastoral yang benar-benar melayani injil sebagai berita presensia dan aktivitas Allah yang menyelamatkan dalam Yesus Kristus kepada orang orang yang berdosa”.
            Tetapi perlu diingat Pemberitaan firman dalam  pastoral konseling (pemeliharaan jiwa) berbeda dengan pemberitaan firman dalam khotbah. Untuk itu lebih jelas mengenai perbedaan tersebut sebagaimana dikatakan Roscam Abbing ( dalam Abineno 2000:27-28) yaitu :
a)      Pemberitaan firman dilayani untuk jemaat, sedangkan pastoral konseling untuk anggota jemaat secara individual.
b)      Pemberitaan firman terutama mengandung unsur pemberitaan, sedangkan pastoral konseling mengandung unsur nasihat.
c)      Dalam pemberitaan firman pada hari minggu injil didahulukan,  sedangkan dalam pastoral konseling pada hari-hari kerja.
d)     Dalam pemberitaan firman anugerah tampil ke muka, sedangkan pastoral konseling hukuman
e)      Pemberitaan firman bertalian dengan keakuan, sedangkan pastoral konseling berhubungan dengan sifat dan watak manusia.
f)       Pemberitaan firman mengandung unsur kesaksian, sedangkan pastoral konseling mengandung unsur nasihat.
g)      Pemberitaan firman berlangsung dalam ketenangan, sedangkan pastoral konseling dalam pergumulan (  perjuangan).

            Sebagai guru Pendidikan Agama Kristen sudah sewajarnyalah kalau program bimbingan dan konseling dilakukan dengan penuh kasih belenggu dosa. Demikianlah guru Pendidikan Agama Kristen melakukan program bimbingan dan konseling untuk menolong orang-orang yang bermasalah dan membebaskannya dari pergumulan hidup peserta didik.
d) Prinsip- prinsip Pengelolaan Kelas
            Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern siswa dan faktor ekstren siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya  secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
            Sedangkan faktor ekstren siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh dua orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
            Mustahil kekacauan di kelas tidak dapat dibatasi. Selama ada usaha dari guru, kekacauan di kelas pasti dapat dipecahkan. Memang diakui bahwa kelas dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, hari ini, esok, atau lusa, selalu menunjukan suasana yang berbeda. Kemarin suasana kelas tenang. Boleh jadi hari ini suasana kelas ribut dan panas. Sewaktu-waktu kebaikan belajar siswa terganggu dengan datangnya gangguan dari luar kelas dalam berbagai bentuk dan jenisnya, misalnya ada kebakaran di sekitar sekolah, ada maling di siang bolong,ada tabrakan kendaraan bermotor, dan sebagainya.
            Dalam rangka memperkecil masalah ganagguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang di uraikan berikut ini.
a)      Hangat dan Antusias
            Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
b)      Tantangan
            Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menentang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi, akan dapat menarik, perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.


c)      Bervariasi
            Penggunaan alat atau media, atau bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaanya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d)     Keluwesan
            Keluwesan tingkah laku guru untuk mngubah strategi mengajarinya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.  Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
e)      Penekanan pada Hal-hal yang positif
            Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada yang negatif. Penekanan pada hal yang positf, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat menggangu jalannya proses belajar mengajar.
e) Komponen- komponen keterampilan pengelolaan kelas
            Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara: memandang secara saksama, gerak mendekati, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap kegangguaan dan ketidakacuhan. Yang termasuk ke dalam keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawab, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian, penguatan, kelancaran, dan kecepatan. Merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok.
3.  Definisi Variabel Y (Perkembangan Minat Belajar Siswa Pada Pelajaran Agama Kristen)
            a. Definisi  Perkembangan
            Perkembangan adalah suatu proses perubahan,yaitu perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain, dan hal ini terjadi pada diri seseorang secara terus-menerus sepanjang hayatnya  (Bahawi, 1985:67). Perkembangan merupakan pengertian di mana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, dan karena itu bilamana terjadi perubahan progresif dalam organisasi  pada organisme, dan organisme ini dilihat sebagai fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua factor,  yakni kematangan dan pengalaman ( Singgih Gunarsa, 2003:30).
            Perkembangan adalah proses perubahan dan kemampuan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan bersangkutan erat dengan baik pertumbuhan maupun potensi- potensi ( kemampuan-kemampuan bawaan) dari tingkah laku yang sensitive ( peka) terhadap rangsangan-rangsangan lingkungan ( Adi Mappiare, 1982:45).
b. Definisi  Minat belajar
            Minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sardiman A. M. (2001:39)  berpendapat bahwa “ minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara. Minat merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi usaha dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock (2003:56).
            Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Siswa dididik agar dapat meneruskan pembangunan, anak siswa sebagai anak bangsa perlu pendidikan sejak dini. Pendidikan rohani. Minat adalah salah satu aspek dari kepribadian yang turut mempengaruhi kemampuan. Menurut Doyils Fryer (1996:15) merupakan suatu sikap relative menetap pada diri seseorang yang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.”
            Menurut Slameto (2001:45) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketetarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat semakin besar minat.
            Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu penyataan yang menunjukan bahwa siswa menunjukan bahwa  siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut
            Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat merupakan hasil belajar dan menyongkong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
            Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk mempelajarinya dengan diri sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuanya, memuaskan kebutuhan kebutuhanya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting,  dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu penyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lain.
            Minat sangat dekat hubungannya dengan kebutuhan. Misalnya seorang anak laki –laki yang sedang berkembang, yang membutuhkan pertumbuhan fisik dan menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas fisik, seperti sepak bola, basket, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang dapat mempercepat pertumbuhannya. Begitu juga anak kecil yang membutuhkan hubungan dengan orang lain akan sangat menaruh minat terhadap alat komunikasi yaitu bahasa. Minat timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan factor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukan cukup menarik minatnya ( Wrigstone, 1999:294).
            Minat dapat dikatakan sebagai keinginan maka selalu diperhadapkan dalam dua alternative yaitu perubahan hidup mampu membedakan yang benar dan yang salah ( Ibrani 5:14) artinya anak didik berminat dan tertarik mengikuti kegiatan pelajaran apabila kebenaran Allah dapat dipergunakan sebagai cermin bagi hidup.  Untuk itu guru PAK harus membekali diri memotivasi anak didik melalui kebenaran alkitab sehingga anak didik merasakan kasih Allah yang nyata dalam hidupnya.
c.  Ciri-ciri  minat belajar
            Dalam  minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth (dalam Susanto, 2013:62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut :
1.      Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2.      Minat tergantung pada kegiatan belajar
3.      Perkembangan minat mungkin terbatas
4.      Minat tergantung pada kesempatan belajar
5.      Minat dipengaruhi oleh budaya
6.      Minat berbobot emisional
7.      Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilkinya.
            Menurut Slameto (2003:57) siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut:
1.      Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajarinya secara terus menerus.
2.      Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya
3.      Memperoleh sesuatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang diminati
4.      Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal lainya.
5.      Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
            Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian
d.       Definisi  Belajar
            Menurut Nana Sudjana (1998:28) “ belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Sejalan dengan pendapat di atas, H. Abu Ahmad dan Widodo Supryono (2004:128) mengatakan, “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.”
            Pengertian belajar Skimer ( dalam Walgito, 2010:184) memberikan definisi “Learning is a process of progressive behavior adaptation”.Sedangkan menurut Walgito (2010:185)” belajar merupakan perbahan perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku ( change in behavior or performance)”. Menurut White Tteke ( Djamara 2011: 12) merumuskan bahwa belajar sebagai proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
            Pengertian di atas maka dapat disampaikan yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah tingkahlaku setelah berakhirnya aktivitas belajar, jadi belajar akan membawa perubahan kepada individu yang belajar yaitu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tapi juga bentuk kecakapan keterampilan,sikap dan penyesuaian diri.
e.       Definisi Siswa
            Siswa adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
            Menurut KBBI ( Kamus Bahasa Indonesia ) siswa merupakan “ murid”, terutama pada tingkat sekolah dasar menengah, pelajar. Siswa dalam jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas. Siswa ialah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses pendidikan. Yang sehingga menjadi manusia yang berkaulitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara lain, pendekatan sosial, pendekatan psikologis dan pendekatan edukatif / pedagogis.
f.        Pendidikan Agama Kristen (PAK)
            Pendidikan agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama. Pendidikan agama berfungsi untuk menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman keagamaan melalui kehidupan sehari-hari, dengan mnghormati /menghargai agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama di masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional dan berlandaskan Pancasila serta UUD 1945. Fungsi pendidikan agama di sekolah ialah memberikan sumber nilai-nilai sebagai pedoman hidup dalam hidup dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di sorga.
            Adapun pengajaran agama ialah untuk menyampaikan pengetahuan keaagaman yang fungsional, bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama ( Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994). Jadi, pengajaran agama mencakup baik pengembangan ranah kognitif, afektif dan psykomotorik.
            Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreartif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 1999:5).
            Secara Pendidikan Agama Kristen dapat dikatakan sebagai Pendidikan Kristen, yang dapat diartikan sebagai pendidikan yang bercorak, berdasarkan dan berorientasi Kristiani.
            Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha bersengaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan dan tingkah laku yang bersesuaian atau konsisten dengan iman Kristen, dalam rangka mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh kudus, sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus (Robert W. Pazmino dalam Samuel sijabat, 1995:28).
            Istilah pendidikan Kristen berasal dari bahasa Inggris yakni Christian Education. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Pendidikan Agama Kristen. Di mana Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab (Firman Allah) sebagai dasar atau sumber acuannya ( Homrighausen, 2004:31).
            Rasul paulus mengidentifikasikan pendidikan sebagai proses pendewasaan atau peneguhan iman. Setelah menerima Kritus, supaya iman mereka semakin teguh (Bnd. Kol. 2:6-7). Jadi dapat ditegaskan Pendidikan Agama Kristen yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab sebagai firman Allah dan menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada hasilnya, yaitu mendewasakan muridnya.
g.      Aspek- aspek Minat Belajar
            Menurut Slameto (2010:180) beberapa indicator minat belajar siswa yaitu: adanya keinginan, motivasi, percaya diri
1)      Keinginan
            Menurut poerwadani (1996:3332) seseorang yang mempunyai terhadap sesuatu dia  akan mempunyai keinginan yang besar untuk belajar. Dia belajar karena keinginan atau kemauannya sendiri bukan karena paksaan atau suruhan orang.lain. Dia berkeinginannya untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan mengulang kembali pelajaranya. Perhatian yang aktif kepada suatu objek dengan keinginan dan kemampuan yang berasal dari dalam diri siswa tersebut maka sikap siswa akan Nampak kearah mana kesukaan hatinya. Apabila di implikasikan dalam belajar, aspek ini merupakan sikap yang di timbulkan oleh karena adanya minat terhadap pelajaran PAK maka siswa Nampak lebih cenderung mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
            Menurut Djaali (2014:30) keinginan diibaratkan seperti anak yang baru belajar berjalan ( Toddler). Anak yang baru berjalan (Toddler) ingin memuaskan keinginannya sesaat. Tidak terpenuhinya keinginan sesaat tersebut membuat mereka frustasi dan marah, misalnya mereka ingin, dilayani pada waktu makan. Apabila keinginan mereka tidak terpenuhi, membuat mereka marah. Luapan emosi anak Toddler sulit dapat dikontrol. Cinta, kesedihan, ketakutan sewaktu-waktu menguasai anak. Selama periode toddler, anak meningkatkan kemampuannya untuk mengendalikan implus mereka. Salah satu alas an berkurangnya frustasi anak adalah karena menghargai masa depan. Toddler berulang kali menemukan bahwa apa yang mereka inginkan, meskipun tidak tersedia saat itu juga, biasanya tersedia setelah itu.
            Tugas perkembangan berikut pada tahap ini adalah bahasa fantasi. Anak baru mulai berjalan memakai bahasa untuk menyatakan perasaan mereka. Mereka belajar memakai bahasa untuk menyela tindakan implusif. Anak belajar memahami kata-kata yang menyenangkan yang diucapkan orang tuanya sehingga mereka dapat mengurangi sakit dan penderitaan, misalnya perkataan “pahlawan tidak pernah menangis.”
            Dalam fantasi, toddler mengontrol situasi yang jauh di luar kemampuan dunia nyata mereka. Lama- kelamaan mereka menjadi tuan bukan lagi budak dari kebutuhan emosi mereka. Pada periode awal toddler, dapat mengatur implus mereka secara efektif dengan memahami waktu, keterampilan bahasa,  dan peluang mengekspresikan fantasi. Toddler  memiliki perasaan dapat mengendalikan peristiwa di sekeliling mereka. Anak toddler memiliki keyakinan diri bahwa apa yang dilakukan orang tua atau anggota keluarga lain yang lebih besar dapat juga mereka kerjakan, dengan samboyan anything you can do. I can do it better.
            Apabila mereka melakukan sesuatu pekerjaan yang kompleks dan berhasil, mereka mendapat keyakinan diri akan kemampuannya. Mereka merasa berharga sebagai anggota keluarga lainnya. Akan tetapi, kadang-kadang pekerjaan itu tidak dapat mereka lakukan dan menyebabkan mereka frustasi serta tidak berani. Jika orang tua mengatakan kepada anak untuk tidak mencoba, juga membuat mereka frustasi karena mereka beranggapan dapat melakukannya dengan baik . Pemecahan yang terbaik adalah dengan membiarkan mereka melakukannya, tetapi memberikan bantuan apabila perlu.
            Keinginan adalah sebuah kondisi dimana kita merasa mau memilliki, dipenuhi, pada hal-hal yang sekitarnya dianggap kurang, namun keinginan tidak bersifat harus atau wajib. Pada dasarnya keinginan hanyalah sebuah tambahan dan hal-hal yang dikira kurang
            Menurut Crow & Crow ( dalam Abror, 1993: 112) minat adalah suatu hal yang berhubungan dengan daya gerak yang mndorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa juga berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

a)      Motivasi
            Menurut Ngalim (2017:71) motivasi adalah “pendorongan”. Suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
            Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang. Ia menyenangkan awal mengapa seseorang berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut, mungkin kita harus mencari pada apa yang mendorongnya (dari dalam) dan atau pada rangsang atau stimulus (factor luar) yang menariknya untuk melakukan perbuatan itu. Mungkin ia didorong oleh naluriny, atau boleh keinginanya memperoleh kepuasan, atau mungkin juga karena kebutuhan hidupnya yang sangat mendesak.
            Minat  seseorang yang semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun ekstrenal. Menurut D.P. Tampubolon minat  merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika dan motivasi ( D.P Tampubolon, 1993). Seorang siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang Matematika misalnya, tentu akan teraarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang matematika mendiskusinya, dan sebagainya.
            Motivasi berasal dari kata “ motif” yang diartikan sebagai  “ daya penggerak” yang telah menjadi aktif’ (Sardiman, 2001:71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keaadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”. (Soeharto dkk, 2003:110)
            Pengertian motivasi menurut iman Kristen memang tidak tersurat di dalam Alkitab. Namun semua firman Tuhan dijadikan pedoman dan penguatan dalam  hidup manusia firman Tuhan memberikan dorongan kepada manusia untuk tetap menjalani hidup dan memuliakan nama Tuhan. Tuhan Yesus sendiri mempunyai motivasi dalam melakukan karya penyelamatan-Nya yaitu kasih kepada manusia. Maka dari itu, sebagai orang percaya, kita harus menjadikan Tuhan Yesus sebagai aktivitas yang dilakukan, semuanya ditunjukan untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk diri sendiri ( Kolose 3:23). Bahkan, Tuhan sendiri yang akan memberikan kekuatan dan semangat bagi anak-anak-Nya terutama mereka mempunyai tingkat motivasi yang rendah (Yesaya 40:29). Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan akhir hidup mereka.Banyak cara Tuhan, untuk memotivasi anak-anak-Nya. Tuhan tidak pernah kehilangan akal dalam hal ini. Tuhan akan memberikan penguatan dari dalam diri anak tersebut melalui Roh Kudus yang berkarya.
            Dengan melihat kondisi dan komponen kelas, seorang guru Kristen harus mampu menciptakan motivasi yang benar bagi siswa-siswinya. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi pada siswa yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi atau siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Untuk yang sama. Guru terlebih dahulu harus memahami perkembangan pribadi siswa untuk mengetahui tingkat mengetahui tingkat motivasi anak didiknya tersebut.
            Dengan begitu guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang cocok dan nyaman, contohnya dengan menyusun tempat duduk siswa berdasarkan kelompok agar siswa saling berbaur, atau membuat peraturan kelas yang sederhana. Selain itu, guru Kristen dapat menunjukan karakter kristus untuk memotivasi siswa secara tidak langsung, dengan cara menghargai siswa sebagai gambar dan rupa Allah sehingga guru akan memberikan yang terbaik untuk siswanya, misalnya mendoakan siswa-siswinya, murah senyum, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, memberikan ekspetasi positif semua kemampuan siswa, dan memuji hasil pemikiran siswa dengan memberi penghargaan namun tidak memberikan hadiah dalam bentuk barang.
            Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak didik kita disamping kita harus menjauhkan saran-saran atau sugesti yang negative yang dilarang oleh agama, yang lebih penting lagi adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri anak-anak terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur, dan dapat diterima masyarakat. Untuk itu, berbagai usaha dapat lakukan. Kita dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi,baik dalam lingkungan keluarga maupun disekolah yang memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetensi yang sehat antar anak didik kita, membangkitkan self-competation dengan jalan menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi yang telah mereka capai, betapa pun didik kecil atau sedikitnya hasil yang dicapai itu. Membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing dapat pula memperkuat motivasi yang baik pada diri mereka. Janganlah hendaknya anak mau belajar dan bekerja hanya karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, atau takut tidak lulus dalam ujian.
b)      Percaya diri.
            Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakni atau kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis
            Menurut Thantawaty dalam kamus istilah bimbingan dan konseling (2005:87) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi kenyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negative, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
            Menurut Lauster (2002:4) kepercayaan diri merupakan sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak  terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira.
            Orang yang percaya diri lebih mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, orang percaya diri biasanya akan lebih mudah berbaur dan beradaptasi dibandingkan dengan tidak percaya diri. Karena orang yang percaya diri memiliki pegangan yang kuat, mampu mengembangkan motivasi, ia juga sanggup bekerja keras untuk kemajuan serta penuh kemajuan, serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya.
            Merasa diri kompoten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkatkan sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan peserta didik seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberi kekuatan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya

C.   Kerangka Konseptual
            Kerangka konseptual ini berorientasi kepada masalah : Hubungan Pengelolaan Kelas Dengan Minat Belajar siswa pada Pelajaran PAK di SMP 6 Pematangsiantar.Untuk menguji kebenaranya, maka kerangka konseptual ini membahas tentang :


1.    Kondisi fisik
          Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh postif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
2.      Pengaturan tempat duduk.
           Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah smemungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar.
3.      Ventilasi dan pengaturan cahaya
           Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidakn menyilaukan.



C. Model Teoritis
            Untuk mengetahui gambaran model teoritis secara sistematis dalam kerangka analisis data mengenai “Hubungan Pengelolaan Kelas Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAK di SMP Negeri 6 Pematangsiantar”.
Variabel XVariabel Y
1.      Kondisi fisik
2.      Pengaturan tempat duduk
3.      Ventilasi dan pengaturan daya
 
Pengelolaan kelas :Minat belajar :
1.      Keinginan
2.      Motivasi
3.      Pecaya diri
 
 




D. Rumusan hipotesa
            Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas maka rumusan hipotesa umum penelitian ini adalah : tedapat hubungan yang positif antara pengelolaan kelas dengan perkembangan minat belajar siswa.
Dengan hipotesa kerja sebagai berikut :
1.      Hipotesa Umum
Hubungan keterampilan pengelolaan kelas dengan perkembangan minat belajar siswa Di SMP 6 Pematangsiantar.
2.      Hipotesa Khusus
a.       Kondisi fisik berhubungan positif dengan perkembangan minat belajar siswa pada pelajaran PAK.
b.      Pengaturan tempat duduk berhubungan positif dengan perkembangan minat belajar siwa pada pelajaran PAK.
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya berhubungan positif dengan perkembangan minat belajar siswa pada pelajaran PAK.


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Defenisi Operasional

         Dalam defenisi operasional ini akan diuraikan metodologi penelitian yang digunakan  dalam menyelesaikan masalah dengan menjelaskan secara singkat dari indikator empirik variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
I.  Pengelolaan  kelas (variabel X)
1.      Kondisi fisik
            Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menggantungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.

2.      Pengaturan tempat duduk
            Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar. Bebarapa pengaturan tempat duduk dapat :
c)      Berbaris berjajar
d)     Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang.
e)      Setengah lingkarangan seperti teater di mana di samping guru bisa langsung bertatap muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberi bantuan kepada peserta didik
f)       Berbentuk lingkaran.Individual yang biasanya terlihat di ruang baca, di perpustkaan, atau di ruang praktek laboratorium.pat duduk yang diatur.
Dengan sendirinya penataranya tempat duduk ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
3.       ventilasi dan pengaturan cahaya
            Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tem Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidakn menyilaukan.
II.            Minat Belajar
Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivasi. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
      Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yaitu yang didasarkan pada penjumlahan skor untuk setiap item.

B. Jenis Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian deskriftif yaitu yang sengaja dirancang untuk menganalisa dan menginterpretasikan data dan menentukan hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, kemudian menarik kesimpulan tentang data yang dikumpulkan dan analisa. Di samping untuk menganalisa dan untuk menginterpretasi data. Sesuai dengan itu, Arief (1982:415)  mengatakan, “metode deskriftif ini juga menetapkan sifat dan situasi yang terjadi pada waktu tertentu”.
Sejalan dengan itu, Amirman (1993:21) menjelaskan alasan memilih metode deskriftif, yakni “metode deskriftif bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan sekarang, penentuan analisa dan menginterpretasikan kondisi yang terjadi sekarang serta menentukan hubungan antara variabel dalam fenomena yang diteliti”.

C. Lokasi Penelitian

Judul penelitian ini adalah Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar siswa pada Pelajaran PAKdi SMP Negeri. 6  Pematangsiantar.
.
Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
  1. Masih ada guru yang belum mampu menerapkan keterampilan dasar pembelajaran khususnya dalam mengelola kelas untuk memotivasi belajar siswa 
  2. Lokasi penelitian ini mudah dijangkau, sehingga dapat menghemat biaya dan waktu.
  3. Dengan adanya KKM, sehingga guru tidak mementingkan motivasi belajar siswa melainkan mengejar target yang ditentukan.

D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua nilai atau pengukuran kuantitatif maupun kwalitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari dari sifat-sifatnya  (Sudjana, 1992:5).
Penelitian ini tidak selalu langsung meneliti segenap populasi tetapi sebuah sampel yang dapat dipandang dengan representatif terhadap populasi, karena  itu maka penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP Negeri .  6 Pematangsiantar.
Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut
Tabel 1.

Keadaan Populasi

Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Kelas VII. 1
11
7
18
Kelas VII. 2
8
5
13
Kelas VII. 3
8
7
15
Kelas VII. 4
7
6
13
Kelas VII. 5
15
6
21
Kelas VII. 6
12
7
19

Jumlah

61
38
99
Sumber:  KTU Keadaan Statistik SMPN. 6 Pematangsiantar

2. Sampel
Menurut Sudjana (1994:5) mengatakan ”sampel  adalah bagian terkecil  dari populasi”. Data penarikan sampel tidak dilakukan dengan sembarangan,  sebab sampel harus dapat mewakili seluruh populasi, artinya segala karakteristik populasi yang akan diteliti hendaknya tercermin dalam dalam sampel  yang diambil atau disebut repsesentif  sifatnya  dari  keseluruhan.
Sejalan dengan pendapat di atas bahwa sampel tidak dipilih dengan sembarangan. Sedangkan menurut Suharsimi  Arikunto jika populasi <100 dijadikan sampel
Tabel 2

Keadaan Sampel


Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Kelas  VII 1
11
7
18
Kelas  VII 2
8
5
13

Kelas VII 3

8
7
15

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengumpulan data ini dipergunakan angket tertutup (kuesioner) yang disebarkan dan diisi oleh responden. Di dalam angket tersebut akan diajukan berbagai pertanyaan dimana responden di minta untuk menjawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia.
Alasan memilih angket tertutup dalam pengumpulan data yaitu mengacu pada pendapat S. Nasution (1982:151 ) yang mengemukakan bahwa keuntungan angket tertutup adalah :
1.       Angket tertutup mudah diisi.
2.       Lebih memusatkan responden pada pokok-pokok persoalan
3.       Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi relatif singkat
4.       Lebih mudah mentabulasikan dan menganalisanya.

         Angket atau kuesioner setiap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan memiliki alternatif jawaban yang terdiri dari 3 pilihan dengan ketentuan :
a.       Untuk pilihan “a” diberi bobot “3”, artinya option “A” lebih besar hubungannya
b.      Untuk pilihan “b” diberi bobot “2”. Kurang berhubungan
c.       Untuk pilihan “c” diberi bobot “1”. Tidak berhubungan

          Penyusunan  angket, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi (Lay Out) angket dengan maksud agar penyusunan item atau angket dapat terperinci sesuai dengan Lay Out angket. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 3
Lay out tentang  Pengelolaan Kelas(X) Atau variabel bebas
No
Aspek yang dipertanyakan
Jumlah item
1.

2.

3.


Kondisi fisik

Pengaturan tempat duduk

Ventilasi dan pengaturan cahaya
1 – 15

16 – 30

31 – 45 





Tabel 4
Lay out angket tentang Minat  Belajar
(Y) atau Variabel terikat

No
Aspek yang dipertanyakan
Jumlah item

Minat Belajar 
1.   Kemauan
2.  Partisipasi 
3.   Sikap

45 – 52
53 – 60
61 – 70


Sumber : Di susun berdasarkan indikator Variabel bebas (X) dan Variabel terikat (Y)

F. Alat Pengukuruan

F. 1. Kesahihan Alat Ukur
Alat pengkuran data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket tertutup, adapun angket tertutup dalam penelitian ini meliputi Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar siswa pada Pelajaran PAK. Agar angket tertutup (Kuesioner) dapat memberikan hasil yang tepat, perlu diukur kesahihannya yaitu dengan menggunakan uji validitas isi kuesioner.
Alat pengukuran dapat dikatakan valid, apabila mengukur apa yang hendak diukur dengan teliti, sehingga masalah validitas dalam penelitian ini adalah ketelitian serta ketepatannya. Menurut Hadari Nawawi (1982:8)  mengatakan bahwa ada 4 (empat) jenis-jenis validitas yakni :
1.Construct Validity
   Construct Validity menunjuk kepada asumsi bahwa alat ukur yang dipakai mengandung suatu defenisi operasional yang tepat dari konsep teoritis.validitas ini adalah suatu alat ukur yang bertolak dari kontruksi teoritis tentang faktor-faktor yang akan diukur oleh suatu alat ukur. Construct Validity ini sering juga disebut logical validity

2.Face Validity
   Validitas ini sering juga disebut validitas lahir atau validitas tampang. Validitas ini mengukur bagaimana kegiatan objek yang sedang diukur, oleh karena itu validitas ini tidak dapat mengukur secara teliti.  Jika penelitian dilakukan kepada manusia karena manusia selalu mengadakan reaksi kepada rangsangan-rangsangan sehingga mempunyai kemungkinan yang tak terbatas terhadap alat ukur yang dikenakan kepadanya.
3.Faktorial Validity
   Validitas ini adalah penilaian yang ditinjau dari segi apakah item yang disangka telah mengukur faktor tertentu dan telah benar-benar memenuhi fungsinya. Suatu alat ukur yang bertolak dari konstruksi teoretis tentang factor-faktor.
4.Emperical Validity
   Validitas empirik selalu menggunakan kriterium sebagai derajat kesesuaian antara apa yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan senyatanya. Misalnya suatu alat ukur kecakapan pemimpin suatu perusahaan harus pertama-tama dinilai seberapa tinggi kenyataan sukses yang diperoleh, kenyataan ini yang dipakai untuk menilai/memprediksi baik atau buruknya seseorang pemimpin perusahaan tersebut.

Standar ketelitian validitas alat pengukur guna menguji ketatapan dan ketelitiannya maka digunakan konsep logical validity (Contruct Validity). Logical Validity atau Contruct Validity adalah hal-hal yang diselidiki berdasarkan konsep teoritis, kemudian diciptakan defenisi operasional tersebut kemudian dibangun item-item angket sebagai pedoman menetapkan angket. Dengan demikian daftar pernyataan (angket) yang dipakai mempunyai kesalihan isi (Content Validity) yang tinggi karena dapat mengukur konsep yang sebenarnya.
F. 2. Skala pengukuran
Melakukan  pengujian hipotes, dipakai jenis skala pengukuran. Tiap indikator variabel X dan variabel Y ditentukan jenis skala pengukurannya. Jenis skala ini mempunyai konsekuensi terhadap model pengukuran.
Arikunto (2002:23-24) menjelaskan 4 jenis skala pengukuran, yakni: skala dominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.
a.       Skala nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun.
b.      Skala ordinal adalah bagian lain dari data kontiniu. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya.
c.       Skala interval adalah skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak.
d.      Skala rasio adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunya nilai nol mutlak
Jenis skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dan nisbah atau ratio. Menurut Irianto (1998:22) mengatakan bahwa, “kondisi skala interval sama dengan kondisi skala ratio, maka tehnik analisa yang digunakan pada skala interval juga berlaku pada skala ratio”.
Skala interval dengan skala ratio adalah skala yang digunakan untuk menunjukkan adanya penggolongan yang mempunyai kebesaran yang sama. Ciri tersebut mempunyai kebesaran yang berkelanjutan (kontiniu) sehingga dapat diukur. Penentuan jenis skala yang digunakan dealam penelitian adalah berdasarkan indikator empirik dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

G. Uji Reabilitas
Uji reabilitas berguna untuk membuktikan andalan atau tidaknya suatu alat ukur yang digunakan. Keterandalan alat ukur yang digunakan dikatakan bagus apabila dilakukan pengukuran dengan mengacu uji dua (split half test).
Peter Hagul yang dikutip Singarimbun (1987:87) berpendapat bahwa, “realitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur, yaitu kemantapan ketetapan dan hemogenitas”.
Pengujian reabilitas angket data tentang variabel X dan variabel Y, dengan uji belah dua  (split half test) yaitu dengan menghitung korelasi “r” atas (X) dan (Y)

H. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data yang benar dan sistematis maka akan membuahkan suatu penelitian yang jelas arah dan tujuannya. Setelah angket diisi dan dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan. Sejalan dengan hal di atas, Sudjana (1984:86) menguraikan beberapa pengolahan data sebagai berikut:
1. Memeriksa kembali data yang diperoleh dari responden, untuk mengetahui apakah data tersebut sudah benar dan dapat dipercaya (tahap editing).
2. Menjumlahkan skor masing-masing responden dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
3. Mencari rata-rata (mean) dari kedua variabel (X dan Y) dengan menggunakan rumus (Sudjana 1984 : 86) :
                    *                                       
4.Menstabulasikan data yang diperoleh kedalam daftar distribusi frekuensi dengan  aturan Sturges
5. Mencari simpangan baku (standart deviasi).

I. Teknik Analisa Data

Tehnik yang dilakukan untuk menganalisa data penelitian adalah analisis data kuantitatif. Data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif dengan berpedoman pada skala likert. Data analisis dengan tehnik statistik deskriptif dan infrensial. Analisa deskriptif yaitu menggambarkan data sebagaimana adanya. Analisa infrensial yaitu untuk menarik kesimpulan melalui analisa statistik. Selanjutnya untuk menganalisa data dalam rangka pengujian hipotesis di terima atau tidak di terima, maka dilakukan uji normatis data. Kemudian jika data telah diketahui normal maka dilakukan uji korelasi dan uji hipotesis.
1. Analisa Data Khusus Tentang Angket
Setelah data angket terkumpul seluruhnya, selanjutnya data tersebut diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.1.Menjumlahkan pilihan masing-masing responden berdasarkan bobot setiap pilihan. Hasil yang diperoleh merupakan jumlah skor suatu variabel. Skor variabel masing-masing responden ditentukan dengan menggunakan rumus :
     
Keterangan :               
X         = Suatu variabel untuk masing-masing responden.
SC       = Jumlah skor dari suatu variabel.
f              = Frekuensi (banyaknya pertanyaan).
Model  1

Tabulasi Frekuensi  Pengelolaan Kelas


No / Nama Responden
Pilihan
Jumlah

SC

F
A
B
C
F
SC
F
SC
F
SC
F
SC






































































Sumber: Angket yang telah diisi responden dari test pilihan berganda


Model 2

Tabulasi Frekuensi Tentang Minat Belajar SiswaPAK

No / Nama Responden 
Pilihan
Jumlah

SC

F
A
B
C
F
SC
F
SC
F
SC
F
SC
















































































                Sumber : angket yang telah diisi oleh responden.
1. 2. Menentukan Klasifikasi nilai/Klasifikasi tanggapan
Model 3.
Klasifikasi Nilai/Klasifikasi Tanggapan Tentang
 Pengelolaan Kelas
Klasifikasi Nilai
Klasifikasi Tanggapan
2,34 – 3,00
1,67 – 2,33
1,00 – 1,66
Sangat berhubungan
Berhubungan
Kurang Berhubungan

Model 4.
Klasifikasi Nilai/Klasifikasi Tanggapan Tentang

Minat Belajar Siswa

Klasifikasi Nilai

Klasifikasi Tanggapan
2,34 – 3,00
1,67 – 2,33
1,00 – 1,66
Sangat Baik
Baik
Kurang  Baik
2.  Uji Normalitas Data
Uji normalitas data adalah untuk mengetahui  tentang data variabel (X) dan data tentang variabel (Y) berdistribusi normal atau tidak, dengan memakai statistik Chi Kuadrat.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1.       Menentukan batas kelas interval
2.       Menghitung angka baku dengan menggunakan rumus :
                   
      Di mana :                           X =Rata-rata masing data
        S = Simpangan Baku.
3.    Menghitung luas daerah tiap interval.
4.    Menghitung frekuensi harapan (Ei). Dengan cara mengalihkan luas tiap kelas interval dengan jumlah sampel (n).
5.    Menghitung kuadrat selisih antara frekuensi pengamatan dengan frekuensi harapan dengan dibagi frekuensi harapan.
6.    Menghitung jumlah poin No. 5 dan itulah yang menjadi Chi Kuadrat (x2) dengan rumus
                                   
Di mana :         Oi = Frekuensi pengamatan
                                                Ei = Frekuensi harapan.

Tabel X 2 dapat dilihat daftar X 2 pada taraf signifikan 1 – a dan dk – 3 dengan kriteria pengujian jika harga X 2 hitung <X 2 tabel,  maka hasil pengujian berdistribusi normal dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal.

3. Pengujian Hipotesa
Irianto (1988:126) menjelaskan, “untuk menguji hubungan fungsional kedua variabel yaitu variabel bebas  (X) dan variabel terikat (Y) dianalisa dengan menggunakan rumus koefisien yang di sebut dengan “korelasi product moment pearson”,  dengan rumus:
a.       Uji Signifikan Koefisien Korelasi
Uji signifikan korelasi  adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel X dan Variabel Y, melalui statistik ’t’dengan rumus sesuai pendapat dari Sudjana (1984:165):    
Di mana :                    
t     = Uji keberartian
r      = Hasil koefisien
n     = Jumlah responden
r2     = Kuadrat hasil koefisien korelasi

Kriteria pengujian, jika harga  t hitung lebih besar (>) dari t tabel yang terdapat pada distribusi t pada  taraf signifikan 1 – ½ a dengan dk = n – 2 maka koefisien korelasi r adalah cukup berarti atau hubungan X dan Y ada dan signifikan.
b.      Koefisien Determinasi
Sudjana (1984:353) mengatakan, “untuk mengetahui sejauhmana hubungan variabel X dengan variabel Y,  maka digunakan atau ditentukan oleh koefisien korelasi (r2)”, hasilnya diperoleh dengan menggunakan rumus : 100 r2 %
Di mana :                            
r      = Koefisien korelasi.
X     = Skor  variabel X
Y      = Skor variabel Y
N     = Jumlah responden
X2    = Jumlah kuadrat skor X.
Y2    = Jumlah kuadrat skor Y
XY   = Jumlah hasil kali skor X dengan Y

c.       Uji Regresi Linier Sederhana
Sujana (1984:301) mengatakan, “untuk mengetahui bentuk persamaan regresi pada analisis regresi linier sederhana maka dipakai rumus :”.  Menentukan  harga “a” dan “b” dihitung dengan menggunakan rumus :

d.      Uji Kelinieran Regresi
Mengetahui  apakah hipotesis tentang model regresi linier di terima atau ditolak. Maka dilakukan uji regresi linier yaitu dengan menggunakan rumus:
Kriteria pengujiannya :
Hipotesis  model regresi diterima jika Fhitung, Ftabel (1 – a)(k – 2, n – k). Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Model Tabel 5

Anava Untuk Uji Independen dalam Regresi Linier

Dan Untuk Uji Kelinieran Regresi

Sumber variasi
dk
JK
RJK
F
Total
N
Y21
Y21
-
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
n – 2
Y21/n
Jkreg = JK(b/a)
Kres = (Y1 – Y1)2
Y21/n
Jkreg = JK(b/a)
Tuna cocok

Kekeliruan
k – 2

n - 2
JK (TC)

JK (E)


  
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN


A.    Analisis Data

Uraian yang akan dibahas dalam bab ini adalah tentang analisis data dari hasil penelitian secara keseluruhan, pengujian hipotesis dan temuan penelitian.
1.      Analisis Data Tentang Pengelolaan Kelas
a. Secara Umum
Berdasarkan analisis data menerangkan bahwa pengelolaan kelas menunjukkan hasil 2.59  (Tabel 4.1 Lampiran 2). Hasil tersebut diperoleh dari nilai rata-rata indikator yang ada dalam Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan, Menciptakan Fasilitas Pembelajaran, Membina dan Membimbing Peserta Didik berhubungan dengan minat belajar siswa.  
b. Secara Khusus
1.      Kondisi fisik 
      Berdasarkan hasil analisis data bahwa Kondisi Fisik menunjukkan hasil 2.96 (lampiran 4 tabel 4:3). Jika hasil tersebut dimasukkan dalam kriteria penilaian maka dapat dikemukakan bahwa , sehingga siswa akan tertarik di dalam belajar Pendidikan Agama Kristen.
2.   Pengaturan Tempat Duduk
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan hasil 2.59 (lampiran 4 tabel 4:4).  Jika hasil tersebut dimasukkan dalam kriteria penilaian maka dapat dikemukakan bahwa guru PAK dalam mengelola pembelajaran, telah mampu menciptakan Pengturan Tempat Duduk yang dibutuhkan oleh siswa di dalam mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. 
3.  Ventilasi dan Pengaturan Cahaya 
      Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan hasil 2.59  (lampiran 4 tabel 4:5). Jika hasil tersebut dimasukkan dalam kriteria penilaian maka dapat dikemukakan bahwa melalui pengelola kelas, guru PAK mampu membina dan membimbing siswa untuk belajar. 

2.   Analisis data angket tentang Minat Belajar 
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh  hasil 2.38 (Lampiran 3 tabel 4:2). Dari hasil tersebut jika dimasukkan dalam kriteria penilaian maka dapat dikemukakan bahwa hasilnya sangat Baik, artinya melalui pengelolaan kelas, minat siswa di dalam belajar akan semakin membaik.
B.    Uji Normalitas Data
Data yang diperoleh dapat dianalisis dengan perhitungan statistik atau tidak maka dianalisis dengan uji normalitas data. Dari hasil perhitungan dan tabel kerja pada lampiran didapat hasilnya:
1.      Uji Normalitas data X (Pengelolaan Kelas)
X = 162,60  ;  sdx148,13  ; X2hit = (-) 9.949;  sedangkan X2 tabel k - 1  - 3 = 3 dan taraf nyata () = 0.05,  Untuk data X2 = ternyata X2 hitung lebih kecil  (<) Xtabel ( - 48.56  < 9.94). Kesimpulan berdasarkan kriterian pengujian maka data X adalah berdistribusi normal.
2.      Uji Normalitas Data Y (Minat Belajar)
Y =  60.61; sdy =  2.70;  Y2hit =  (-) 75.55;  sedangkan Y2 tabel k - 3 maka dk = 6 - 3 = 3 dan taraf nyata () = 0,05, maka 1-  = 0,95  Untuk data Y2 = ternyata Y2 hitung lebih kecil (<) Y2 tabel ( - 75.55  < 9,94). Kesimpulan berdasarkan kriteria pengujian maka data Y adalah berdistribusi normal.

C.    Pengujian Hipotesa
1.   Koefisien Korelasi
Hasil perhitungan yang dilakukan yaitu koefisien korelasi antara Hubungan Pengelolaan Kelas Pada Pelajaran PAK dengan Minat Belajar siswa di SMP Negeri 6 Pematangsiantar . di dapat; n = 35 ; X = 86.17; Y = 84.76; X2 = 212.40;  Y2 = 205.66; XY= 208.80.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung koefisien korelasi dengan menggunakan rumus yang dikemukakan terdahulu “r” = 0.42. Melalui kriteria kualifikasi tingkat koefisien korelasi (Lampiran 10), maka dapat diklasifikasikan bahwa antara Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar siswa pada Pelajaran PAK  adalah sedang dan cukup dengan demikian hipotesa penelitian diterima.

2.   Uji Signifikansi Korelasi
Ada tidaknya pengaruh yang berarti antara antara Variabel X dan Variabel Y, maka dilakukan uji signifikansi korelasi yaitu statistik “t”. dari hasil perhitungan diperoleh harga t hitung = 2.64  dengan = 0.05, maka ½ a = 0.025 sedangkan dk n – 2.  Sehingga diperoleh t hitung = 2.64  <  t tabel = 1,16, artinya bahwa Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar siswa pada Pelajaran PAK, ada dan  signifikan.

3.      Uji Korelasi Determinasi
Sejauhmana pengaruh variabel X terhadap variabel Y maka digunakan atau ditentukan oleh koefisien determinasi yang menguadratkan hasil kofisien korelasi (r2). Dari hasil perhitungan di dapat r = 0.422 = 0.17 x 100% =  17 %

4. Uji Regresi Linier Sederhana
Persamaan regresi linier sederhana yang akan diuji adalah Y = a + bx. Dari hasil perhitungan didapat harga a = 1.22  ; b = 0.48. Dengan demikian persamaan regresi Y atas X adalah: Y = 1.22 + 0.48 X. Berdasarkan perhitungan itu ternyata angka-angka tersebut menunjukkan pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat.

5.   Uji Independen
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh Fhitung = 0.17   sedangkan Ftabel= 0.95. Dengan demikian kriterian pengujian uji independen dinyatakan telah sesuai. Maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel Y adalah independen dari variabel X dalam pengertian linier.

6.   Uji Kelinieran Regresi
Uji kelinieran regresi adalah adalah untuk mengetahui apakah hipotesis tentang model linier diterima atau tidak. Untuk mengetahui kelinieran tersebut dilakukan perhitungan regresi linier (lampiran 11), yaitu F hitung  0.90 ternyata Ftabel > Ftabel (0.90 < 0.95). Dengan demikian hipotesis model linier dapat diterima dan tidak perlu dicari regresi model non linier.
D. Temuan Penelitian
Hasil perhitungan data dan pengujian hipotesis maka dapat dikemukakan temuan penelitian bahwa:
1.      Setelah dilakukan uji normalitas data terhadap data X dan data Y sebagai salah satu persyaratan untuk analisis data berikut ternyata data X dan data Y masing-masing dalam bentuk berdistribusi normal. Telah dilakukan pengujian normalitas data dengan menggunakan rumus: Chi kuadrat (X2) tabel dengan taraf nyata = 0.05 yaitu:
-         Untuk data X (pengelolaan Kelas) X2hitung = (-) 48.56  sedangkan X2tabel =  9.49, artinya data X berada pada distribusi normal atau data X berasal dari sampel berdistribusi normal
-         Untuk data Y (Minat Belajar) Y2hit = (-) 75.55  sedangkan Y2tabel = 9.49, artinya data Y berada pada distribusi normal atau data Y berasal dari sampel berdistribusi normal.
2.   Analisis data pengujian hipotesis
a.       Koefisien korelasi
Hasil yang diperoleh dari koefisien korelasi adalah 0.42  yang berarti variabel Bebas mempunyai koefisien korelasi terhadap Variabel terikat.
b. Uji signifikansi korelasi
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai thitung = 2.64  > ttabel = 1,16, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif atau cukup berarti antara variabel X terhadap variabel Y, ada dan berlangsung.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      
c.       Uji koefisien determinasi
Pengelolaan Kelas mempunyai hubungan sebanyak 17 % dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK. Hubungan ini ditentukan oleh koefisien determinasi r2 = 0.422 x 100%. Hal ini berarti semakin tinggi intergritas variabel X maka semakin tinggi pula dampakya terhadap variabel Y.
  i.      Uji regresi linier sederhana
Diperoleh hubungan fungsional antara variabel X dan variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi yaitu: Y = 1.22  + 0.48 X. Hal ini berarti bahwa setiap pertambahan satu unit X akan terjadi pertambahan Y sebesar  1.70.
ii.      Uji independen
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Fhitung = 0.90 dan lebih kecil dari pada Ftabel = 0.95, yang berarti variabel Y independen dari variabel X dalam pengertian linier.
iii.      Persamaan regresi variabel X dan Y adalah model linier
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari lapangan yang terdapat pada lampiran menunjukkan bahwa :
1.      Pada variabel X pengelolaan kelas dengan  indikator  kondisi Fisik yang dibahas pada lampiran 4 Tabel 4:3 menunjukkan hasil 2.47, berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa pertama dapat diterima.
2.      Pada variabel X pengelolaan kelas dengan indikator  Pengaturan Tempat Duduk yang dibahas pada lampiran 4 Tabel 4:4 menunjukkan hasil 2.46, berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa kedua  dapat diterima.
3.      Pada variabel X pengelolaan kelas dengan  indikator Ventilasi dan pengaturan cahaya  Peserta Didik  yang dibahas pada lampiran 4 Tabel 4:5 menunjukkan hasil 2.45, berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa ketiga dapat diterima.
Hasil penelitian secara menyeluruh membuktikan diterimanya hipotesa tersebut dengan keragaman yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan penelitian.













BAB  V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.                     Kesimpulan

Berdasarkan uraian teoritis dan analisis  data serta pengujian hipotesis, maka dikemukakan kesimpulan dan saran yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan penelitian.
1.  Secara Umum
Hasil penelitian ini menekankan bahwa pengelolaan kelas berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK. Hal ini terlihat dari perhitungan koefisien korelasi, uji signifikansi korelasi, uji determinasi, uji regresi linier sederhana, uji independen dan uji kelinieran regresi.
2. Secara Khusus
Hasil penelitian di atas, memperlihatkan bahwa adanya hubungan pengelolaan kelas dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, dengan berbagai aspek yang dilakukan :
a.       Kondisi fisik  berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa pertama diterima.
b.      Pengaturan Tempat Duduk berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa kedua diterima.
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya berhubungan positif dengan minat belajar siswa pada pelajaran PAK, sehingga hipotesa pertama diterima.


B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan menunjukkan hasil yang baik, akan tetapi perlu adanya tindak lanjut pada masa mendatang. Oleh karena itu diberikan beberapa saran, antara lain:
1.  Saran Praktis
a.       Hendaknya Guru PAK mampu memahami dan menjalankan keterampilan dasar yang ada demi mendukung minat belajar siswa.  
b.      Adanya perubahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran dalam mendukung minat belajar siswa.
c.       Kepada FKIP Universitas HKBP Nomensen khususnya Prodi PAK agar lebih meningkatkan mutu para alumni, sehingga mampu menjadi guru dan sebagai hamba Tuhan yang siap untuk melayani baik di sekolah, gereja dan masyarakat.
2. Saran Teoritis
Menyadari akan ketidaksempurnaan penelitian ini maka disarankan kepada para calon guru PAK yang ingin menindaklanjuti penelitian ini supaya mengembangkan indikator secara komfrenhensif.







DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. 2001. LAI
Amirman. 1993. Penelitian Dan Statistika Pendidikan. Bandung: Tarsito
Atmadja Hadinoto. 1999. Dialog Dan Edukasi. Jakarta: BPK. Gunung Mulia

Arief Furchan. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Ana R. 2008. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Bladina Sareno. 2005. Kompetensi Seorang Guru Yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Enklaar, Homrighausen. 2007. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia.

Hamalik, O. 2009. Metode Belajar dan Kesulitan hasil-hasil Belajar. Bandung: Tarnsito

Ivor K. Davies. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV Rajawali

Martinis Yamin, 2003. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Rineka Cipta

Mulyasa, E.  2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munandar Utami. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Nana Sudjana, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Paulus Lilik Kristianto. 2006. Prinsip Dan Praktik PAK. Yogyakarta : Andi

Poerdarwamintha. 1982. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Sijabat Samuel. 1995. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta : Yayasan Andi

Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sarimaya Farida. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung: Irama Widya

Sarlito Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grapindo Pesada

Sardina. 2004. Mengetahui Motivasi Belajar Siswa. Bandung: Rosda Karya

Sardiman,A.M, 2006.  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo

Setiawani Mary Go. 2000.  Pembaharuan Mengajar. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Sijabat Samuel. 1996. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta : Yayasan Andi


Siregar. M. 2009. Pedoman Pemuridan Dan Pertumbuhan Rohani. Pematangsiantar: L-SAPA

Suparlan, 2005. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat

Supriyono, 2004 Cooperatif Learning Teor idan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Belajar

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Syaiful, Djamarah, 1991.  Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Syaodih Nana. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Tambunan Janwar. 2008. Belajar Dan Pembelajaran. Pematangsiantar

Tanya Eli. 2006. Gereja Dan Pendidikan Agama Kristen. Cianjur: STTC

Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group









Tidak ada komentar:

Posting Komentar